Minggu, 23 November 2014

MATERI ILMU KEALAMAN DASAR - TSUNAMI 2



MITIGASI TSUNAMI
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan akibatnya terhadap manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk bencana alam lainnya, sangat diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan teknik peringatan bahaya, dan mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya tersebut. Ketiga langkah penting tersebut adalah:
1.    Penilaian Bahaya (Hazard Assessment)
Unsur pertama untuk mitigasi yang efektif adalah penilaian bahaya. Untuk setiap komunitas pesisir, penilaian bahaya tsunami diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, dan tingkat ancaman (level of risk). Penilaian ini membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik sumber tsunami, probabilitas kejadian, karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai. Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami yang pernah terjadi dapat membantu kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk komunitas yang tidak atau hanya sedikit memiliki data dari masa lalu, model numerik tsunami dapat memberikan perkiraan. Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang sangat penting untuk memotivasi dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya, peringatan dan persiapan.
a)      Data rekaman tsunami (Historical tsunami data)
Rekaman data umumnya tersedia dalam banyak bentuk dan di banyak tempat. Format yang ada mencakup publikasi dan katalog manuskrip, laporan penyelidikan lapangan, pengalaman pribadi, berita koran, rekaman film dan video. Salah satu instansi riset penyimpan data terbesar adalah International Tsunami Information Center di Honolulu, Hawaii.
b)      Data paleotsunami
Penelitian paleotsunami juga dapat dilakukan pada endapan tsunami di daerah pesisir dan bukti-bukti lainnya yang terkait dengan pergeseran sesar penyebab gempabumi tsunamigenik.
c)      Penyelidikan pasca tsunami
Survey penyelidikian pasca tsunami dilakukan mengikuti suatu peristiwa tsunami yang baru terjadi untuk mengukur batas inundasi dan merekam keterangan saksi mata mengenai jumlah gelombang, waktu kedatangan gelombang, dan gelombang mana yang terbesar.
d)      Pemodelan numerik
Seringkali karena rekaman data minimal, satu-satunya jalan untuk menentukan daerah potensi bahaya adalah menggunakan pemodelan numerik. Model dapat dimulai dari skenario terburuk. Informasi ini kemudian menjadi dasar pembuatan peta evakuasi tsunami dan prosedurnya.

2.    Peringatan (Warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi tsunami yang efektif adalah suatu sistem peringatan untuk memberi peringatan kepada komunitas pesisir tentang bahaya tsunami yang tengah mengancam. Sistem peringatan didasarkan kepada data gempabumi sebagai peringatan dini, dan data perubahan muka airlaut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem peringatan juga mengandalkan  berbagai saluran komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka airlaut, dan untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3) dipercaya – bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan dan diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
A.     Data
Sistem peringatan membutuhkan data seismik dan muka air laut setiap saat secara cepat (real atau near-real time). Sistem ini juga membutuhkan rekaman data gempabumi dan tsunami yang pernah terjadi. Kedua jenis data tersebut dipergunakan untuk dapat secara cepat mendeteksi dan melokalisasi gempabumi tsunamigenik potensial, untuk mengkonfirmasi apakah tsunami telah terbentuk, dan untuk memperkirakan dampak potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi tanggungjawabnya.
a)      Data seismic
Sinyal seismik – getaran dari gempa bumi yang bergerak secara cepat melalui kulit bumi – dipergunakan oleh pusat peringatan untuk mendeteksi terjadinya gempabumi, dan kemudian untuk menentukan lokasi dan skalanya. Berdasarkan informasi tersebut, statistik likelihood tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan secara cepat, dan peringatan dini atau informasi yang sesuai dapat dikeluarkan. Seismometer standard periode pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang (18-22 sec/cycle) menghasilkan data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi. Seismometer skala luas - broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula dipergunakan untuk kedua tujuan diatas dan juga untuk penghitungan momen seismik yang sangat berguna untuk menyempurnakan analisis data yang dilakukan.
b)      Data muka air laut
Pengukur variasi muka laut (water-level gauges) adalah instrumen yang sangat penting dalam sistem peringatan tsunami. Mereka dipergunakan untuk konfirmasi secara cepat tentang kehadiran atau tidaknya suatu tsunami mengikuti peristiwa gempabumi, untuk mengamati perkembangan tsunami, untuk membantu estimasi tingkat bahaya, dan menyediakan alasan untuk memutuskan bahaya telah berlalu. Gauges kadangkala merupakan satu-satunya cara untuk mendeteksi tsunami ketika data seismik tidak mendukung, atau bila tsunami bukan disebabkan oleh gempa bumi. Untuk bisa memberikan peringatan secara efektif, gauges perlu diletakkan di dekat sumber tsunami sehingga konfirmasi secara cepat diperoleh, apakah tsunami telah terbentuk atau tidak, dan perkiraan awal mengenai ukuran tsunami. Mereka harus pula diletakkan diantara sumber dan daerah pesisir yang terancam untuk memonitor perkembangannya dan membantu memprediksi dampaknya. Untuk tsunami lokal, gauges dibutuhkan di sepanjang garis pantai untuk memperoleh konfirmasi tercepat dan untuk evaluasi.
c)      Data rekaman tsunami dan gempa bumi
Pusat peringatan membutuhkan akses cepat kepada data rekaman tsunami dan gempabumi untuk membantu memperkirakan apakah suatu gempabumi dari suatu lokasi dapat menyebabkan tsunami, dan apakah tsunami tersebut berbahaya bagi daerah tanggung jawab mereka. Sebagai contoh, adalah sangat berguna untuk mengetahui bila zona subduksi pada suatu daerah pernah mengalami gempabumi berskala 8 tetapi tidak pernah menghasilkan tsunami. Juga sangat berguna untuk mengetahui karakteristik rekaman data muka airlaut untuk tsunami yang berbahaya dan yang tidak berbahaya pada suatu daerah.
d)      Data model numeric
Dewasa ini, pusat peringatan mulai mempergunakan data dari model numerik untuk memberikan panduan dalam prediksi tingkat bahaya tsunami berdasarkan parameter gempabumi dan data muka airlaut tertentu.
e)      Data lainnya
Jenis data lainnya yang diperlukan oleh pusat peringatan adalah seperti data letusan gunung api atau tanah longsor yang terjadi di dekat tubuh airlaut.

B.     Komunikasi
Sistem peringatan tsunami membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif. Data seismik dan perubahan muka airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan dapat dipercaya oleh penerima.
a)      Akses data real time
Data seismik dan perubahan muka air laut supaya berguna haruslah dapat diterima secara cepat real atau very near real time. Banyak teknik komunikasi yang bisa dipergunakan, seperti radio VHF, gelombang mikro, transmisi satelit.
b)      Penyebaran pesan
Penyampaian pesan kepada para pengguna juga sama pentingnya sebagaimana mendapatkan data secara real time. Penyampaian pesan dapat secara cepat dilakukan melalui Global Telecommunications System (GTS) atau Aeronautical Fixed Telecommunications Network (AFTN). Pesan dapat pula disampaikan secara konvensional melalui e-mail, telpon atau fax.

3.    Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung pada penilaian bahaya dan peringatan. Persiapan yang layak terhadap peringatan bahaya tsunami membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkina terkena bahaya (peta inundasi tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi bahaya tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami juga sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah, kantor polisi dan pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar zona bahaya. Usaha-usaha keteknikan untuk membangun struktur yang tahan terhadap tsunami, melindungi bangunan yang telah ada dan menciptakan breakwater penghalang tsunami juga termasuk bagian dari persiapan.
A.     Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya umumnya dikembangkan untuk tingkat lokal, karena rencana ini membutuhkan pengetahuan detil tentang populasi dan fasilitas yang terancam bahaya, dan potensi lokal yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah. Tsunami lokal hampir tidak menyediakan waktu yang cukup untuk peringatan formal dan disertai gempabumi, sementara tsunami distan mungkin memberi waktu beberapa jam untuk persiapan sebelum gelombang yang pertama tiba. Sehingga persiapan evakuasi dan prosedurnya harus disiapkan untuk kedua skenario tersebut.
a)      Evakuasi untuk tsunami lokal
Ketika tsunami lokal terjadi, satu-satunya tanda yang ada mungkin hanyalah goncangan gempa bumi, atau suatu kondisi yang tidak biasa pada tubuh air laut. Masyarakat harus mampu mengenali tanda-tanda bahaya tersebut, kemudian pindah segera dan secepatnya kearah darat atau ke arah dataran tinggi karena gelombang tsunami dapat menghantam dalam hitungan menit. Para pengungsi juga menghadapi bahaya yang disebabkan oleh gempa bumi seperti tanah longsor,  runtuhnya bangunan dan jembatan yang mungkin menghambat usaha mereka dalam menyelamatkan diri. Untuk itu diperlukan sekali kepedulian publik dan pendidikan tentang tsunami dan kemungkinan bahaya yang mengikuti. Hal ini juga membutuhkan perencanaan resmi tentang zona bahaya dan rute evakuasi yang aman. Kunci utama untuk memotivasi pendidikan publik adalah pemahaman tentang bahaya tsunami dan dimana kemungkinan banjir tsunami tersebut terjadi.
b)      Evakuasi untuk tsunami distan
Pada kasus tsunami distan, pihak yang berwenang masih memiliki waktu yang cukup untuk mengorganisir evakuasi. Mengikuti peringatan dari pusat peringatan bahwa tsunami telah terbentuk dan waktu kedatangan gelombang pertama telah diketahui, pihak yang berwenang membuat keputusan tentang apakah evakusi diperlukan. Keputusan ini didasarkan kepada data rekaman atau model tentang ancaman dari sumber tsunami dan panduan lebih lanjut dari pusat peringatan tentang pergerakan tsunami. Masyarakat diinformasikan tentang bahaya yang mengancam, dan diinstruksikan tentang bagaimana, kemana, dan kapan harus mengungsi. Badan-badan pelayanan masyarakat seperti polisi, pemadam kebakaran dan tentara, difungsikan untuk membantu kelancaran pengungsian. Zona evakuasi dan rute pengungsian harus ditentukan secara aman, masyarakat harus cukup diberi pengarahan tentang bahaya tsunami dan prosedur evakuasi, sehingga mereka tidak tetap berada di tempat tinggal ketika tsunami datang atau telah kembali ketika ancaman masih belum berakhir. Evakuasi yang tidak perlu harus dikurangi untuk menjaga kepercayaan publik terhadap sistem.
B.     Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung rencana untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan oleh masyarakat luas, pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan tentang sifat-sifat tsunami, kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi bahaya.
a)      Pendidikan publik
Pendidikan publik yang dilaksanakan akan efektif bila ikut memperhitungkan bahasa dan budaya lokal, ada-istiadat, praktek keagamaan, hubungan masyarakat dengan kekuasaan, dan pengalaman tsunami masa lalu.
b)      Pendidikan untuk para operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan.
Operator sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan harus memenuhi suatu tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap bahaya tsunami. Sebab tsunami, baik lokal maupun distan, jarang terjadi pada suatu daerah tertentu, sehingga orang-orang kunci tersebut tidak memiliki pengalaman probadi terhadap fenomena yang menjadi dasar keputusan menyangkut persiapan atau tindakan yang harus dilakukan ketika bahaya tersebut menimpa.
C.     Tata Guna Lahan
Sebagai konsekuensi pertumbuhan penduduk global, daerah pesisir yang rawan tsunami berkembang dengan cepat. Karena tidak mungkin untuk menghentikan pembangunan, sebaiknya dilakukan pencegahan pembangunan fasilitas umum pada zona rawan bencana tsunami, seperti sekolah, polisi, pemadam kebakaran dan rumah sakit yang memiliki arti penting bagi populasi ketika bahaya sewaktu-waktu terjadi. Sebagai tambahan, hotel dan penginapan juga perlu ditempatkan pada lokasi yang sesuai dengan prosedur evakuasi untuk memberikan keamanan kepada para tamunya.
D.    Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi tsunami. Bangunan dapat diperkuat sehingga tahan terhadap tekanan gelombang dan arus yang kuat. Fondasi struktur dapat dikonstruksikan menahan erosi dan penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu bangunan dapat dibuat terbuka sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal ini menolong mengurangi sifat penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu bangunan seperti generator cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada lantai yang tidak terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya seperti tanki yang dapat hanyut terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem transportasi dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu memfasilitasi evakuasi massal secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa struktur penahan gelombang laut seperti seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga mampu menahan atau mengurangi tekanan tsunami.

4.    Penelitian
Meskipun tidak terkait langsung dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang terkait dengan tsunami sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas mitigasi. Riset yang menyelidiki bukti-bukti paleotsunami, mengembangkan database, kuantifikasi dampak bahaya tsunami, atau pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasi penilaian bahaya. Penelitian juga mampu meningkatkan cara pendidikan publik sehingga tingkat kepedulian masyarakat akan bahya tsunami meningkat. Penelitian juga memberikan panduan perencanaan tata ruang dalam zona inundasi potensial.

MEGATSUNAMI
Megatsunami adalah tsunami yang mencapai ketinggian lebih dari 100 meter. Selain beberapa tsunami besar di Alaska yang mencapai tinggi 520 meter, megatsunami terakhir yang melanda wilayah berpenduduk diduga terjadi sekitar 4000 tahun yang lalu. Menurut para ahli geologi, megatsunami biasanya disebabkan oleh tanah longsor yang sangat besar, seperti runtuhnya sebuah pulau, ke laut atau samudra, letusan gunung berapi seperti contohnya letusan Gunung Krakatau, atau tumbukan sebuah meteor besar.
Megatsunami dapat naik hingga ratusan meter, dengan kecepatan 890 kilometer per jam, dan dapat menerjang daratan hingga sejauh 20 km.
Di tengah lautan dalam, megatsunami hampir tidak dapat dirasakan. Permukaan laut hanya naik vertikal sekitar satu meter, dengan wilayah yang sangat luas, hingga ratusan kilometer. Saat tsunami mencapai laut dangkal, gelombangnya hanya terlihat sekitar 30 cm. Namun, ketika mencapai daratan, gelombang tsunami meninggi secara drastis.
Tsunami di Banda Aceh hampir dapat dikategorikan megatsunami karena jumlah korban jiwa yang sangat besar (200.000 orang) dan mencapai negara-negara tetangga seperti: Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka dan Bangladesh. Gempa bumi bawah laut umumnya tidak menghasilkan tsunami yang sedemikian besar, kecuali jika gempa ini juga menghasilkan longsor bawah laut.

Megatsunami Prasejarah
·         65 juta tahun yang lalu. Saat tumbukan meteorit yang membentuk kawah Chicxulub, menyebabkan tsunami setinggi 3 kilometer. Cukup tinggi untuk menenggelamkan pulau seperti Madagascar. Tsunami tertinggi dalam sejarah, dan juga dijuluki "Ibu dari semua Tsunami".
·         35 juta tahun yang lalu. Tumbukan meteorit di teluk Chesepeake, mungkin menyebabkan megatsunami yang berulang- ulang.
Selain itu megatsunami tertinggi juga terjadi di sekitar British Columbia, gunung Etna di Sisilia, di laut Norwegia, di kepulauan RĂ©union, di sebelah timur Madagascar, dan di kepulauan Hawaii.

Potensi ancaman Megatsunami
·         Tenggelamnya suatu pulau yang terkena imbas tsunami
·         Korban jiwa yang sangat besar
·         Kerugian harta benda yang besar
·         Punahnya kehidupan

TSUNAMI DALAM SEJARAH
Tsunami di sisi lain, dapat disebabkan oleh adanya peristiwa alam yang berbeda, seperti : Pergerakan lempeng tektonik di dasar laut yang menimbulkan gempa bumi, Longsor bawah laut dalam skala besar, Letusan gunung berapi bawah laut, atau dampak dari meteor besar yang jatuh di laut, namun sebagian besar tsunami adalah hasil dari gempa bumi tektonik.
Setelah gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang, menunjukkan bahwa masyarakat modern pun, rentan terhadap bencana yang datang dari kekuatan alam.  Tsunami telah terjadi berkali-kali sepanjang sejarah, namun karena data historis sedikit, para ilmuwan sedikit sulit untuk menyusun peringkat berdasarkan besar kerusakan dan jumlah korban jiwa yang ditimbulkan.
  Berikut ini adalah 23 bencana tsunami sepanjang masa:
1.      426 SM: Teluk Maliakos, Yunani Timur
Inilah pertama kalinya orang menghubungkan tsunami dengan gempa yang terjadi sebelumnya.
2.      21 Juli 365: Alexandria, Mediterania Timur
Tsunami setinggi lebih dari 30 meter. Membunuh ribuan orang, kapal terhembalang ke daratan sejauh 3,2 kilometer.
3.      684 M: Hakuho, Jepang
Tsunami pertama yang tercatat di Jepang, setelah gempa 8,4 pada skala Richter.
4.      887 M: Ninna Nankai, Jepang
Tsunami melantakkan Kyoto. Pantai dan teluk Osaka rusak berat.
5.      1361: Shuhei Nankai, Jepang
Gempa 8,4 SR dan tsunami Nankaido menewaskan 660 orang, menghancurkan 1.700 rumah.
6.      1541: Nueva Cadiz, Venezuela
Kota Nueva Cádiz, yang berpenghuni 1.500 orang, disapu gempa dan tsunami.
7.      1700: Pulau Vancouver, Kanada
Gempa Cascadia, yang berkekuatan 9 MW, menyebabkan tsunami besar yang merambat ke Pasifik Barat Laut hingga ke Jepang.
8.      1792: Gunung Unzen, Kyushu, Jepang
Letusan gunung api menyebabkan tanah longsor, yang menimbulkan tsunami setinggi 100 meter (megatsunami kecil).
9.      1833: Sumatera, Indonesia
Gempa berkekuatan 8,8-9,2 SR mengakibatkan tsunami besar yang menyapu pesisir barat Sumatera.
10.  1854: Nankai, Tokai, dan Kyushu, Jepang
Gempa Ansei terdiri atas dua gempa 8,4 SR dan satu gempa 7,4 SR dalam tiga hari, yang menghasilkan gelombang setinggi 28 meter dan menewaskan 100 ribu orang.
11.  1868: Kepulauan Hawaii
Gempa 7,5 SR memicu longsor Gunung Mauna Loa, yang memicu tsunami setinggi 18 meter. Tsunami menyapu semua rumah dan manusia di pulau itu.
12.  1923: Kanto, Jepang
Gempa besar Kanto meratakan Tokyo, Yokohama, dan sekitarnya, diikuti tsunami 12 meter.
13.  1 April 1946: Alaska
Tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska, membunuh 159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.
14.  1958: Teluk Lituya, Alaska, Amerika
Gempa menyebabkan megatsunami setinggi 520 meter.
15.  1960: Valdivia, Cile
Gempa terbesar, 9,5 SR di lepas pantai Cile memicu tsunami paling dahsyat pada abad ke-20. Gelombang setinggi 25 meter menyebar ke Samudra Pasifik hingga pantai Sanriku, Jepang, 22 jam kemudian. Lebih dari 6.000 orang di seluruh dunia tewas.
16.  1964: Alaska, Amerika
Dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter, membunuh lebih dari 120 orang. Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter.
17.  1876: Filipina
Sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya gempa.
18.  1998: Papua New Guinea
Sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
19.  2005: Nias, Indonesia
Gempa 8,7 SR di lepas pantai Nias menewaskan 1.300 orang.
20.  2006: Pangandaran, Indonesia
Gempa 7,7 SR mengguncang dasar Samudra Hindia, 200 km selatan Pangandaran, memicu gelombang tinggi hingga 6 meter di Pantai Cimerak. Sekitar 800 orang dilaporkan hilang.
21.  2007: Bengkulu
Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4 m.
22.  2007: Kepulauan Solomon
Gempa 8,1 SR dekat Kepulauan Solomon menimbulkan tsunami setinggi 5 meter, yang menyebar hingga ke Jepang, Selandia Baru, dan Hawaii. 
23.  2011: Honshu, Jepang
Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala Richter pada kedalaman 24,4 kilometer di sebelah pantai timur Honshu, Jepang, pada 11 Maret 2011 pukul 12.46 WIB atau 14.46 waktu setempat, tercatat sebagai gempa bumi terbesar ketujuh di dunia.

Sedangkan berikut ini adalah 10 bencana tsunami terburuk sepanjang masa versi www.australiangeographic.com.au, diurut berdasarkan besar kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan:
1.      26 Desember 2004: Sumatra, Indonesia.
Gempa berkekuatan 9,1 skala richter di lepas pantai Sumatera diperkirakan terjadi pada kedalaman 30 km.  Zona patahan di dasar laut yang menyebabkan tsunami itu kira-kira sepanjang 1.300 km, tinggi gelombang tsunami mencapai 50 m, menenggelamkan wilayah daratan hingga mencapai 5 km dari garis pantai, hingga ke pedalaman dekat Meulaboh, Sumatera. Tsunami ini juga yang paling banyak dicatat, dengan hampir seribu gabungan titik pengamatan dan saksi mata dari seluruh dunia melaporkan adanya kenaikan tinggi gelombang, termasuk tempat-tempat di AS, Inggris, dan Antartika. Kerugian materil yang ditimbulkan diperkirakan mencapai 10 milyar dollar dan sekitar 230.000 orang dilaporkan tewas.
2.      11 Maret 2011: Sendai, Jepang.
Sebuah tsunami yang kuat dengan kecepatan gelombang mencapai 800 km per jam serta tinggi gelombang mencapai 10 m menyapu pantai timur Jepang, menewaskan lebih dari 18.000 orang. Tsunami diawali oleh gempa berkekuatan 9,0 skala richter pada kedalaman 24 km.  Sekitar 452.000 orang dipindahkan ke tempat pengungsian karena rumah mereka hancur berantakan.  Getaran hebat akibat gempa mengakibatkan keadaan darurat nuklir, di mana pembangkit tenaga nuklir Fukushima Daiichi mulai bocor dan mengeluarkan uap radioaktif.  Bank Dunia memperkirakan, bahwa Jepang butuh hingga lima tahun untuk merecovery kerusakan yang ditimbulkan serta dibutuhkan finansial sebesar 235 milyar dolar.
3.      1 November 1755: Lisabon, Portugal.
Sebuah gempa berkekuatan 8,5 skala richter menyebabkan tiga rangkaian gelombang besar yang memporak porandakan berbagai kota di sepanjang pantai barat Portugal dan Spanyol selatan, tinggi gelombang di beberapa tempat mencapai 30 m.  Tempat-tempat jauh yang terkena gelombang tsunami seperti Carlisle Bay, Barbados, di mana tinggi gelombang dilaporkan naik hingga 1,5 m. Gempa bumi dan tsunami ini menewaskan 60.000 orang di Portugal, Maroko dan Spanyol.
4.      27 Agustus 1883: Krakatau, Indonesia.
Peristiwa tsunami ini terkait dengan ledakan gunung berapi Krakatau.  Gelombang setinggi 37 m yang diakibatkan oleh dahsyatnya letusan gunung Krakatau menghancurkan kota Anyer dan Merak. Laut dilaporkan surut dari pantai di Bombay, India dan dilaporkan telah menewaskan satu orang di Sri Lanka.  Peristiwa ini secara total telah menewaskan sekitar 40.000 orang, namun sebanyak 2.000 kematian terkait secara langsung dengan letusan gunung berapi, selebihnya adalah akibat dari tsunami yang ditimbulkan.
5.      20 September 1498: Enshunada Sea, Jepang.
Gempa bumi, diperkirakan setidaknya berkekuatan 8,3 skala richter, telah menyebabkan gelombang tsunami di sepanjang pantai Kii, Mikawa, Surugu, Izu dan Sagami. Gelombang yang cukup kuat telah menyatukan Danau Hamana, yang sebelumnya terpisahkan dari laut.  Dilaporan ribuan rumah hanyut tersapu banjir di seluruh wilayah yang terkena dampak tsunami, dengan total 31.000 orang tewas.
6.      28 Okteber 1707: Nankaido, Jepang.
Sebuah gempa berkekuatan 8,4 skala richter telah menyebabkan gelombang laut setinggi 25 m yang menyapu pantai Pasifik Kyushyu, Shikoku, dan Honshin.  Pantai Osaka juga mengalami kerusakan. Sebanyak hampir 30.000 bangunan rusak di daerah yang terkena dampak dan sekitar 30.000 orang tewas. Dilaporkan bahwa sekitar selusin gelombang besar bersusulan menenggelamkan daratan mencapai beberapa kilometer dari garis pantai sampai ke pedalaman di wilayah Kochi.
7.      15 Juni 1986: Meiji Sanriku, Jepang.
Tsunami ini terjadi setelah gempa berkekuatan 7,6 skala richter, diperkirakan terjadi di lepas pantai Sanriku, Jepang.  Tsunami yang terjadi di Shirahama dilaporkan telah mencapai ketinggian 38,2 m, menyebabkan kerusakan lebih dari 11.000 bangunan rumah dan menewaskan sekitar 22.000 orang. Dilaporkan juga bahwa tsunami ini, telah memukul pantai timur China, menewaskan sekitar 4.000 orang dan telah menyebabkan kerusakan parah pada lahan pertanian.
8.      13 Agustus 1868: Arica, Chile.
Peristiwa tsunami ini disebabkan oleh rangkaian dua gempa bumi yang signifikan, diperkirakan berkekuatan 8,5 skala richter, di lepas pantai Arica, Peru (sekarang Chile).  Gelombang tsunami mempengaruhi seluruh Rim Pacific, dengan gelombang dilaporkan mencapai tinggi 21 m, yang berlangsung antara dua sampai tiga hari.  Tsunami Arica dilaporkan, sampai pula ke pantai Sydney, Australia.  Sebanyak 25.000 orang tewas dalam peristiwa ini dengan kerugian materil diperkirakan mencapai 300 juta dollar, kerusakan yang disebabkan oleh tsunami dan gempa bumi disepanjang pantai Peru-Chile.
9.      24 Apri 1771: Kepulauan Ryuku, Jepang.
Sebuah gempa berkekuatan 7,4 skala richter diyakini telah menyebabkan tsunami yang merusak sejumlah besar pulau-pulau di wilayah ini, namun kerusakan paling serius terdapat di daerah Ishigaki dan Miyako Islands.  Dilaporkan bahwa gelombang yang melanda Pulau Ishigaki mencapai ketinggian 85,4 m, tetapi informasi ini masih diperdebatkan karena pengukuran hanya didasarkan atas dampak kerusakan yang ditimbulkan, data resmi dari pemeritah Jepang, menyebutkan bahwa diperkirakan tinggi gelombang sekitar 11 sampai 15 m. Tsunami telah menghancurkan total 3.137 bangunan rumah dan menewaskan hampir 12.000 orang.
10.  18 Januari 1586: Ise Bay, Jepang.
Gempa bumi yang menyebabkan tsunami Ise Bay diperkirakan berkekuatan 8.2 skala richter. Tinggi gelombang mencapai 6 m, menyebabkan kerusakan pada sejumlah kota.  Kota Nagahama mengalami peristiwa kebakaran yang hebat setelah gempa pertama terjadi dan menghancurkan setengah dari area perkotaan. Dilaporkan pula bahwa Danau Biwa telah meluap dan menggenangi daerah perkotaan.  Tsunami Ise Bay menyebabkan lebih dari 8.000 kematian dan kerusakan dalam jumlah yang besar.