Minggu, 27 November 2016

Kompensasi Manajemen

Kompensasi Manajemen

Penemuan Penelitian atas Insentif
Penelitian insentif mendukung hal-hal dibawah ini:
  1. Kecenderungan individual untuk menjadi lebih kuat dimotivasi oleh reward potensial dari laba daripada takut hukuman, yang menyarankan seharunya sistem pengendalian manajemen berorientasi pada reward.
  2. Reward personal adalah relatif dan siutasional.
  3. Jika sinyal manajemen senior pada tindakannya penting untuk sistem pengendalian manajemen, manajer operasi juga memandang ini penting.
  4. Individu dimotivasi lebih ketika menerima laporan atau feedback tentang kinerja mereka.
  5. Insentif menjadi kurang efektif pada periode diantara tindakan dan feedback pada peningkatannya.
  6. Motivasi terlemah ketika orang meyakini insentif tidak dapat dicapai atau terlalu mudah dicapai.
  7. Insentif yang dianggarkan atau laporan lain yang menyediakan tujuan lebih kuat ketika manajer bekerja dengan kekuatan mereka untuk mengambil jumlah anggaran. 

Karakteristik dari Rencana Kompensasi Insentif
Kompensasi total seorang manajer terdiri dari tiga komponen: (1) Gaji; (2) Laba; (3) Kompensasi insentif. Manajer umumnya menerima kompensasi yang lebih tinggi di perusahaan besar dibandingkan di perusahaan yang kecil, dan perusahaan di industri yang sama cenderung untuk bersaing satu sama lain dalam hal kompensasi.
  1. Rencana Insentif Jangka Pendek

a. Total kantong bonus
b. Carryovers
c.  Kompensasi ditunda
Rencana Insentif Jangka Panjang
a.      Stock Option (Pilihan Saham)
Stock Option  merupakan hak membeli modal saham pada saat dan harga tertentu sesuai perjanjian
b.      Saham Pantom
Saham pantom merupakan sejumlah saham untuk maksud pembukuan saja.
c.      Hak Apresiasi Saham
Hak apresiasi saham merupakan hak untuk menerima pembayaran tunai berdasarkan kenaikan nilai saham saat diberi penghargaan sampai pada tanggal yang ditentukan.
d.      Kinerja Saham
Kinerja saham merupakan jumlah bagian tertentu dari saham yang diberikan kepada manajer ketika saham spesifik dicapai.
e.      Kinerja Unit-Unit
Kinerja unit-unit dibayarkan ketika target spesifik jangka panjang diperoleh.
Insentif untuk Pejabat Korporat
Setiap pejabat korporat, kecuali CEO, bertanggung jawab sebagian atas kinerja seluruh perusahaan.Para pejabat korporat ini dimotivasi oleh dan berhak untuk menerima, suatu bonus untuk kinerja yang baik. Untuk menstimulasi motivasi, CEO biasanya mendasarkan penghargaan pada penilaian terhadap kinerja masing-masing orang. Penilaian ini tentu saja bersifat subyetif.Beberapa perusahaan menggunakan manajemen berdasarkan tujuan (MBO) dimana tujuan tertentu disetujui bersma di awal tahun dan pencapaianya dinilai oleh CEO.
Kompensasi CEO
Kompensasi CEO biasanya didiskusikan oleh komite kompensasi dewan komisaris setelah CEO tersebut mempresentasikan rekomendasi untuk kompensasi bawahannya. Sikap umum CEO terhadap persentase yang sesuai untuk kompensasi insentif di suatu tahun sangatlah jelas dari persentase ini. Dalam kondisi umum, komite tersebut mungkin hanya menerapkan persentase yang sama untuk kompensasi CEO tersebut.

Insentif untuk Manajer Unit bisnis
1.      Jenis Insentif
Beberapa insentif besifat keuangan, sementara lainnya bersifat psikologis dan sosial.Insentif keuangan mencakup kenaikan gaji, bonus, dan fasilitas (mobil, perjalananan wisata, keanggotaan klub dll).Insentif psikologis dan sosial meliputi kemungkinan promosi, tambahan tanggung jawab, otonomi yang lebih besar, lokasi geografis yang lebih baik dan pengakuan (piala, partisipasi dalam program pengembangan eksekutif dan semacamnya).
2.      Ukuran Bonus Relatif terhadap Gaji
Ada dua paham pemikiran mengenai cara untuk membaurkan pengharagaan tetap (gaji dan tunjangan) dengan penghargaan variabel (bonus insentif) dalam total kompensasi manajer. Paham pertama menyatakan bahwa perusahaan merekrut orang-orang yang baik, membayarnya dengan baik dan kemudiaan mengharapkan kinerja yang baik.Paham ini menekan pada gaji, bukan insentif.Hal ini disebut dengan sistem pembayaran tetap.Kompensasi tidak terkait dengan kinerja dan oleh karena itu tidak berisiko.Pada paham kedua menyatakan bahwa perusahaan merekrut orang yang baik, mengharapkan mereka untuk berkinerja dengan baik, dan membayar mereka dengan baik jika kinerjannya benar-benar aktual.Perusahaan yang menganut filosofi ini mempraktikkan pembayaran berdasarkan kinerja, mereka menekankan pada bonus insentif, bukan pada gaji.
Suatu rencana bonus mungkin memiliki tingkat batas atas dan batas bawah.Batas atas adalah tingkat kinerja dengan mana bonus maksimum dicapai. Batas bawah adalah tingkat bawah dimana tidak ada penghargaan bonus yang akan diberikan. Ketika manajer unit bisnis menyadari bahwa bonus maksimum telah dicapai atau tidak ada bonus sama sekali, maka sistem bonus dapat bekerja berlawanan dengan cita-cita korporat.
3.      Dasar Bonus
Bonus insentif seorang manajer unit bisnis dapat didasarkan hanya pada total laba korporat atau pada laba unit bisnis atau campuran keduanya. Salah satu argumen untuk mengaitkan bonus ke kinerja unit adalah bahwa keputusan dan tindakan manajer tersebut lebih berdampak secara langsung pada  unitnya sendiri dan bukan pada unit bisnis yang lain.
Dalam suatu perusahaan industri tunggal yang unit bisnisnya sangat tergantung satu sama lain, bonus manajer terutama dikaitkan dengan kinerja korporat karena kerjasama antar unit adalah penting. Dalam suatu konglomerasi dipihak lain, unit bisni bersifat otonom. Akan menjadi kontraproduktif jika mendasarkan bonus manajer unit bisnis terutama pada laba perusahaan. Alternatifnya, di tahun laba yang buruk untuk perusahaan, suatu unit yang menghasilkan kinerja yang luar biasa tidak akan memperoleh penghargaan secara memadai. Oleh karena itu, dalam suatu konglomerasi, adalah lebih baik untuk menghargai manajer unit bisnis terutama berdasarkan pada kinerja unit bisnis sehingga memelihara semangat kewirausahaan.
4.      Kriteria Kinerja
a.       Kriteria Keuangan
Jika unit bisnisnya adalah pusat laba, kriteria keuangan dapat mencakup: margin kontribusi, laba langsung unit bisnis, laba unit bisnis yang dapat dikendalikan, laba sebelum pajak dan laba besih.
Jika unit bisnisnya adalah pusat investasi, maka keputusan dibuat di tiga area: (1) definisi laba; (2) definisi investasi; (3) pilihan antara tingkat pengembalian EVA.
b.      Penyesuaian untuk Faktor-Faktor yang tidak dapat Dikendalikan
1)   Menghilangkan beban yang diakibatkan oleh keputusan yang dibuat oleh eksekutif diatas tingkat unit bisnis.
2)   Menghilangkan dampak dari kerugian yang diakibatkan oleh kejadian alam (gempa bumi, banjir, kebakaran) dan kecelakaan yang tidak disebabkan oleh kelalaian manajer tersebut.
c.       Manfaat dan Kekurangan Target Keuangan Jangka Pendek.
Gagasan bagus untuk mengaitkan bonus manajer unit bisnis ke pencapaian target keuangan tahunan. Tatapi hanya mengandalkan pada kriteria keuangan dapat menyebabkan beberapa dampak disfungsional:
1)      Hal yang akan mendorong tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan kepentingan jangka panjang perusahaan.
2)      Manajer tidak mungkin mengambil investasi jangka panjang menjanjikan yang merugikan hasil keuangan jangka pendek.
3)      Manajer mungkin termotivasi untuk memanipulasi data guna memenuhi target periode sekarang.
d.      Mekanisme untuk Mengatasi Bias Jangka Pendek
Melengkapi kriteria keuangan dengan tambahan mekanisme insentif dapat mengatasi orientasi jangka pendek dari cita-cita keuangan tahunan. Walaupun memiliki keunggulan tetapi terdapat kelemahan:
1)      Manajer memiliki kesulitan melihat hubungan antara usaha dan penghargaan mereka.
2)      Jika seorang manajer pensiun atau ditransfer selama periode multitahunan, penerapan rencana tersebut menjadi lebih kompleks.
3)      Kemungkinan faktor-faktor di luar kendali manajer akan mempengaruhi pancapaian dari target jangka panjang.
e.       Tolok Ukur Perbandingan
Kinerja seorang manajer unit bisnis dapat dinilai dengan membandingkan hasil aktual dengan anggaran laba, kinerja masa lalu, atau kinerja pesaing.
f.       Pendekatan penentuan bonus
Hanya mengandalkan pada rumus yang objektif memiliki beberapa keuntungan, sistem penghargaan dapat dispesifikasikan dengan tepat, ada sedikit ketidakpastian atau ambiguitas mengenai standar kinerja, dan atasan tidak dapat menggunakan bias atau favoritisme dalam menilai kinerja manajer bawahan. Salah satu kerugian utama adalah bahwa rumus yang objektif kemungkinan besar akan mendorong manajer kurang memperhatikan kinerja dari unit bisnis. Sehingga sebagian subjektivitas dalam menentukan bonus lebih dipilih hampir semua unit, jika dalam situasi semacam itu maka indikator numerik dari kinerja  unit bisnis menjadi kurang valid. Jenis situasi ini kemungkinan besar terjadi dalam kondisi-kondisi berikut:
1)      Ketika manajer unit bisnis mewarisi masalah yang diciptakan oleh pendahulunya.
2)      Ketika unit bisnis sangat bergantung satu sama lain, sehingga kinerja dipengaruhi oleh keputusan individu-individu dari luar.
3)      Ketika strategi tersebut memerlukan perhatian yang lebih besar pada perhatian jangka panjang.

Teori Agensi
Teori agensi mengeskplorasi bagaimana kontrak dan insentif dapat ditulis untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan.Teori ini berusaha untuk menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif.
1.      Konsep
Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa dan dalam melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Tantangannya adalah bagaimana caranya untuk memotivasi agen sedemikian rupa, sehingga mereka akan menjadi sama produktifnya seperti jika mereka adalah pemilik.
Salah satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki preferensi atau tujuan yang berbeda. Kontrak insentif akan mengurangi perbedaan preferensi ini.
Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut.
2.      Mekanisme Pengendalian
a.       Pemantauan
Prinsipal dapat merancang sistem pengendalian yang memantau tindakan agen, menghalangi tindakan yang meningkatkan kekayaan agen dengan mengorbankan kepentingan prinsipal.
Contoh dari sistem pemantauan adalah laporan keuangan audit.
b.      Kontrak Insentif
Prinsipal mungkin mencoba untuk membatasi perbedaan preferensi dengan menetapkan kontrak insentif yang sesuai.Semakin besar penghargaan agen bergantung pada ukuran kinerja, semakin banyak insentif yang ada bagi agen tersebut untuk memperbaiki ukuran. Ketika kontrak yang diberikan memotivasi agen untuk bekerja bagi kepentingan perusahaan,  maka kontrak tersebut dianggap selaras dengan tujuan.
c.       Kompensasi CEO dan Rencana Kepemilikan Saham
Suatu perusahaan yang membayarkan suatu bonus kepada CEO-nya dalam bentuk opsi saham merupakan contoh dari biaya agensi yang ada dalam kompensasi insentif.Agen sudah siap untuk menghindari risiko, menghadapi tambahan risiko jika gajinya didasarkan pada kinerja harga saham.
d.      Manajer Unit Bisnis dan Insentif Berdasarkan Akuntansi.
Hubungan antara usaha manajer unit bisnis dan harga saham lebih jauh dibandingkan dengan hubungan antara usaha CEO dan harga saham.Adalah hal yang sulit untuk mengisolasi kontribusi yang diberikan oleh unit bisnis individual terhadap peningkatan dalam harga saham perusahaan.Karena alasan ini, suatu perusahaan mungkin mendasarkan bonus manajer unit bisnis berdasarkan laba bersih unit bisnis tersebut.
e.       Kritik
Teori agensi mengimplikasikan bahwa manajer di organisasi nirlaba dan pemerintah, yang tidak dapat menerima kompensasi insentif, kurang memiliki motivasi yang diperlukan untuk keselarasan tujuan.Beberapa orang telah mempelajari teori agensi menyatakan bahwa model tersebut tidak lebih dari sekedar pernyataan atas fakta yang terlihat jelas yang dinyatakan dalam simbol-simbol matemastis.Adapula yang berpendapat bahwa elemen-elemen dalam model tersebut tidak dapat dikuantifikasi.
Model tersebut mengabaikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hubungan ini, seperti kepribadian partisipan, agen yang tidak enggan menghadapi resiko, motif non keuangan, kepercayaan prinsipal terhadap agen, kemampuan agen pada penugasan saat ini dan potensi untuk penugasan masa depan.