Kompensasi Manajemen
Penemuan Penelitian atas Insentif
Penelitian
insentif mendukung hal-hal dibawah ini:
- Kecenderungan individual untuk menjadi lebih kuat dimotivasi oleh reward potensial dari laba daripada takut hukuman, yang menyarankan seharunya sistem pengendalian manajemen berorientasi pada reward.
- Reward personal adalah relatif dan siutasional.
- Jika sinyal manajemen senior pada tindakannya penting untuk sistem pengendalian manajemen, manajer operasi juga memandang ini penting.
- Individu dimotivasi lebih ketika menerima laporan atau feedback tentang kinerja mereka.
- Insentif menjadi kurang efektif pada periode diantara tindakan dan feedback pada peningkatannya.
- Motivasi terlemah ketika orang meyakini insentif tidak dapat dicapai atau terlalu mudah dicapai.
- Insentif yang dianggarkan atau laporan lain yang menyediakan tujuan lebih kuat ketika manajer bekerja dengan kekuatan mereka untuk mengambil jumlah anggaran.
Karakteristik dari Rencana Kompensasi Insentif
Kompensasi
total seorang manajer terdiri dari tiga komponen: (1) Gaji; (2) Laba; (3)
Kompensasi insentif. Manajer umumnya menerima kompensasi yang lebih tinggi di
perusahaan besar dibandingkan di perusahaan yang kecil, dan perusahaan di
industri yang sama cenderung untuk bersaing satu sama lain dalam hal
kompensasi.
- Rencana Insentif Jangka Pendek
a. Total kantong bonus
b. Carryovers
c. Kompensasi
ditunda
Rencana Insentif Jangka Panjang
a.
Stock Option (Pilihan Saham)
Stock
Option merupakan
hak membeli modal saham pada saat dan harga tertentu sesuai perjanjian
b.
Saham Pantom
Saham
pantom merupakan sejumlah saham untuk maksud pembukuan saja.
c.
Hak Apresiasi Saham
Hak
apresiasi saham merupakan hak untuk menerima pembayaran tunai berdasarkan
kenaikan nilai saham saat diberi penghargaan sampai pada tanggal yang
ditentukan.
d.
Kinerja Saham
Kinerja
saham merupakan jumlah bagian tertentu dari saham yang diberikan kepada manajer
ketika saham spesifik dicapai.
e.
Kinerja Unit-Unit
Kinerja
unit-unit dibayarkan ketika target spesifik jangka panjang diperoleh.
Insentif untuk Pejabat Korporat
Setiap
pejabat korporat, kecuali CEO, bertanggung jawab sebagian atas kinerja seluruh
perusahaan.Para pejabat korporat ini dimotivasi oleh dan berhak untuk menerima,
suatu bonus untuk kinerja yang baik. Untuk menstimulasi motivasi, CEO biasanya
mendasarkan penghargaan pada penilaian terhadap kinerja masing-masing orang.
Penilaian ini tentu saja bersifat subyetif.Beberapa perusahaan menggunakan
manajemen berdasarkan tujuan (MBO) dimana tujuan tertentu disetujui bersma di
awal tahun dan pencapaianya dinilai oleh CEO.
Kompensasi CEO
Kompensasi
CEO biasanya didiskusikan oleh komite kompensasi dewan komisaris setelah CEO
tersebut mempresentasikan rekomendasi untuk kompensasi bawahannya. Sikap umum
CEO terhadap persentase yang sesuai untuk kompensasi insentif di suatu tahun
sangatlah jelas dari persentase ini. Dalam kondisi umum, komite tersebut
mungkin hanya menerapkan persentase yang sama untuk kompensasi CEO tersebut.
Insentif untuk Manajer Unit bisnis
1.
Jenis Insentif
Beberapa
insentif besifat keuangan, sementara lainnya bersifat psikologis dan
sosial.Insentif keuangan mencakup kenaikan gaji, bonus, dan fasilitas (mobil,
perjalananan wisata, keanggotaan klub dll).Insentif psikologis dan sosial
meliputi kemungkinan promosi, tambahan tanggung jawab, otonomi yang lebih
besar, lokasi geografis yang lebih baik dan pengakuan (piala, partisipasi dalam
program pengembangan eksekutif dan semacamnya).
2.
Ukuran Bonus Relatif terhadap Gaji
Ada
dua paham pemikiran mengenai cara untuk membaurkan pengharagaan tetap (gaji dan
tunjangan) dengan penghargaan variabel (bonus insentif) dalam total kompensasi
manajer. Paham pertama menyatakan bahwa perusahaan merekrut orang-orang yang
baik, membayarnya dengan baik dan kemudiaan mengharapkan kinerja yang
baik.Paham ini menekan pada gaji, bukan insentif.Hal ini disebut dengan sistem
pembayaran tetap.Kompensasi tidak terkait dengan kinerja dan oleh karena itu
tidak berisiko.Pada paham kedua menyatakan bahwa perusahaan merekrut orang yang
baik, mengharapkan mereka untuk berkinerja dengan baik, dan membayar mereka dengan
baik jika kinerjannya benar-benar aktual.Perusahaan yang menganut filosofi ini
mempraktikkan pembayaran berdasarkan kinerja, mereka menekankan pada bonus
insentif, bukan pada gaji.
Suatu
rencana bonus mungkin memiliki tingkat batas atas dan batas bawah.Batas atas
adalah tingkat kinerja dengan mana bonus maksimum dicapai. Batas bawah adalah
tingkat bawah dimana tidak ada penghargaan bonus yang akan diberikan. Ketika
manajer unit bisnis menyadari bahwa bonus maksimum telah dicapai atau tidak ada
bonus sama sekali, maka sistem bonus dapat bekerja berlawanan dengan cita-cita
korporat.
3.
Dasar Bonus
Bonus
insentif seorang manajer unit bisnis dapat didasarkan hanya pada total laba
korporat atau pada laba unit bisnis atau campuran keduanya. Salah satu argumen
untuk mengaitkan bonus ke kinerja unit adalah bahwa keputusan dan tindakan
manajer tersebut lebih berdampak secara langsung pada unitnya sendiri dan
bukan pada unit bisnis yang lain.
Dalam
suatu perusahaan industri tunggal yang unit bisnisnya sangat tergantung satu
sama lain, bonus manajer terutama dikaitkan dengan kinerja korporat karena
kerjasama antar unit adalah penting. Dalam suatu konglomerasi dipihak lain,
unit bisni bersifat otonom. Akan menjadi kontraproduktif jika mendasarkan bonus
manajer unit bisnis terutama pada laba perusahaan. Alternatifnya, di tahun laba
yang buruk untuk perusahaan, suatu unit yang menghasilkan kinerja yang luar
biasa tidak akan memperoleh penghargaan secara memadai. Oleh karena itu, dalam
suatu konglomerasi, adalah lebih baik untuk menghargai manajer unit bisnis
terutama berdasarkan pada kinerja unit bisnis sehingga memelihara semangat
kewirausahaan.
4.
Kriteria Kinerja
a.
Kriteria Keuangan
Jika
unit bisnisnya adalah pusat laba, kriteria keuangan dapat mencakup: margin
kontribusi, laba langsung unit bisnis, laba unit bisnis yang dapat
dikendalikan, laba sebelum pajak dan laba besih.
Jika
unit bisnisnya adalah pusat investasi, maka keputusan dibuat di tiga area: (1)
definisi laba; (2) definisi investasi; (3) pilihan antara tingkat pengembalian
EVA.
b.
Penyesuaian untuk Faktor-Faktor yang tidak dapat Dikendalikan
1)
Menghilangkan beban yang diakibatkan oleh keputusan yang dibuat oleh eksekutif
diatas tingkat unit bisnis.
2)
Menghilangkan dampak dari kerugian yang diakibatkan oleh kejadian alam (gempa
bumi, banjir, kebakaran) dan kecelakaan yang tidak disebabkan oleh kelalaian
manajer tersebut.
c.
Manfaat dan Kekurangan Target Keuangan Jangka Pendek.
Gagasan
bagus untuk mengaitkan bonus manajer unit bisnis ke pencapaian target keuangan
tahunan. Tatapi hanya mengandalkan pada kriteria keuangan dapat menyebabkan
beberapa dampak disfungsional:
1) Hal
yang akan mendorong tindakan jangka pendek yang tidak sesuai dengan kepentingan
jangka panjang perusahaan.
2) Manajer
tidak mungkin mengambil investasi jangka panjang menjanjikan yang merugikan
hasil keuangan jangka pendek.
3) Manajer
mungkin termotivasi untuk memanipulasi data guna memenuhi target periode
sekarang.
d.
Mekanisme untuk Mengatasi Bias Jangka Pendek
Melengkapi
kriteria keuangan dengan tambahan mekanisme insentif dapat mengatasi orientasi
jangka pendek dari cita-cita keuangan tahunan. Walaupun memiliki keunggulan
tetapi terdapat kelemahan:
1) Manajer
memiliki kesulitan melihat hubungan antara usaha dan penghargaan mereka.
2) Jika
seorang manajer pensiun atau ditransfer selama periode multitahunan, penerapan
rencana tersebut menjadi lebih kompleks.
3) Kemungkinan
faktor-faktor di luar kendali manajer akan mempengaruhi pancapaian dari target
jangka panjang.
e.
Tolok Ukur Perbandingan
Kinerja
seorang manajer unit bisnis dapat dinilai dengan membandingkan hasil aktual
dengan anggaran laba, kinerja masa lalu, atau kinerja pesaing.
f.
Pendekatan penentuan bonus
Hanya
mengandalkan pada rumus yang objektif memiliki beberapa keuntungan, sistem
penghargaan dapat dispesifikasikan dengan tepat, ada sedikit ketidakpastian
atau ambiguitas mengenai standar kinerja, dan atasan tidak dapat menggunakan
bias atau favoritisme dalam menilai kinerja manajer bawahan. Salah satu
kerugian utama adalah bahwa rumus yang objektif kemungkinan besar akan
mendorong manajer kurang memperhatikan kinerja dari unit bisnis. Sehingga
sebagian subjektivitas dalam menentukan bonus lebih dipilih hampir semua unit,
jika dalam situasi semacam itu maka indikator numerik dari kinerja unit
bisnis menjadi kurang valid. Jenis situasi ini kemungkinan besar terjadi dalam
kondisi-kondisi berikut:
1) Ketika
manajer unit bisnis mewarisi masalah yang diciptakan oleh pendahulunya.
2) Ketika
unit bisnis sangat bergantung satu sama lain, sehingga kinerja dipengaruhi oleh
keputusan individu-individu dari luar.
3) Ketika
strategi tersebut memerlukan perhatian yang lebih besar pada perhatian jangka
panjang.
Teori Agensi
Teori
agensi mengeskplorasi bagaimana kontrak dan insentif dapat ditulis untuk
memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan.Teori ini
berusaha untuk menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan
dalam merancang kontrak insentif.
1.
Konsep
Hubungan
agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk
melaksanakan suatu jasa dan dalam melakukan hal itu,
mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.
Tantangannya adalah bagaimana caranya untuk memotivasi agen sedemikian rupa,
sehingga mereka akan menjadi sama produktifnya seperti jika mereka adalah
pemilik.
Salah
satu elemen kunci dari teori agensi adalah bahwa prinsipal dan agen memiliki
preferensi atau tujuan yang berbeda. Kontrak insentif akan mengurangi perbedaan
preferensi ini.
Agen
diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi
juga dari tambahan yang terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu
luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub dan jam kerja
yang fleksibel. Sedangkan prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian
keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut.
2.
Mekanisme Pengendalian
a.
Pemantauan
Prinsipal
dapat merancang sistem pengendalian yang memantau tindakan agen, menghalangi
tindakan yang meningkatkan kekayaan agen dengan mengorbankan kepentingan
prinsipal.
Contoh
dari sistem pemantauan adalah laporan keuangan audit.
b.
Kontrak Insentif
Prinsipal
mungkin mencoba untuk membatasi perbedaan preferensi dengan menetapkan kontrak
insentif yang sesuai.Semakin besar penghargaan agen bergantung pada ukuran
kinerja, semakin banyak insentif yang ada bagi agen tersebut untuk memperbaiki
ukuran. Ketika kontrak yang diberikan memotivasi agen untuk bekerja bagi
kepentingan perusahaan, maka kontrak tersebut dianggap selaras dengan tujuan.
c.
Kompensasi CEO dan Rencana Kepemilikan Saham
Suatu
perusahaan yang membayarkan suatu bonus kepada CEO-nya dalam bentuk opsi saham
merupakan contoh dari biaya agensi yang ada dalam kompensasi insentif.Agen
sudah siap untuk menghindari risiko, menghadapi tambahan risiko jika gajinya
didasarkan pada kinerja harga saham.
d.
Manajer Unit Bisnis dan Insentif Berdasarkan Akuntansi.
Hubungan
antara usaha manajer unit bisnis dan harga saham lebih jauh dibandingkan dengan
hubungan antara usaha CEO dan harga saham.Adalah hal yang sulit untuk
mengisolasi kontribusi yang diberikan oleh unit bisnis individual terhadap
peningkatan dalam harga saham perusahaan.Karena alasan ini, suatu perusahaan
mungkin mendasarkan bonus manajer unit bisnis berdasarkan laba bersih unit
bisnis tersebut.
e.
Kritik
Teori
agensi mengimplikasikan bahwa manajer di organisasi nirlaba dan pemerintah,
yang tidak dapat menerima kompensasi insentif, kurang memiliki motivasi yang
diperlukan untuk keselarasan tujuan.Beberapa orang telah mempelajari teori
agensi menyatakan bahwa model tersebut tidak lebih dari sekedar pernyataan atas
fakta yang terlihat jelas yang dinyatakan dalam simbol-simbol
matemastis.Adapula yang berpendapat bahwa elemen-elemen dalam model tersebut
tidak dapat dikuantifikasi.
Model tersebut mengabaikan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi hubungan ini, seperti kepribadian partisipan, agen yang tidak
enggan menghadapi resiko, motif non keuangan, kepercayaan prinsipal terhadap
agen, kemampuan agen pada penugasan saat ini dan potensi untuk penugasan masa
depan.