Pada tanggal 4 Januari 1996, hari
Kamis pagi di sebuah rumah sederhana yang berada di dusun Tebas pukul 05.35 WIB
lahirlah seorang bayi berjenis kelamin laki-laki. Bayi tersebut bernama
Dinnirwan Rusti, dan itulah saya, sang penulis autobiografi ini. Saya adalah
putra dari pasangan Rusdian dan Wati, oleh karena itu dibelakang nama saya ada
nama “Rusti”, gabungan antara nama ayah dan ibu saya. Ayah saya seorang
wiraswasta dan ibu saya seorang ibu rumah tangga.
Saya anak satu-satunya di keluarga
atau anak tunggal. Hobi saya main futsal dan juga mengkoleksi uang kuno ataupun
uang asing (numismatik). Saya menyukai warna hitam, ungu dan merah. Saya juga
menyukai makanan pedas, agama saya Islam. Saya berharap suatu saat nanti saya
bisa menjadi seorang manajer pada lapangan kerja yang dapat saya ciptakan.
Tempat tinggal saya di Kembayat
yaitu tepatnya di Desa Tri Kembang, Kecamatan Galing, Kabupaten Sambas. Sedangkan
tempat tinggal saya di Pontianak yaitu di Komplek Mitra Indah Utama 6, Sungai
Raya Dalam, disini saya tinggal bersama sepupu saya.
Saya mulai masuk ke dalam dunia pendidikan
formal ketika berumur 5 tahun. Waktu itu saya di masukan ke sebuah Sekolah
Dasar Negeri tepatnya di SDN 12 Kembayat yang tak jauh dari rumah. Enam tahun
saya jalani hari-hari bersama teman saya di SD tersebut. Yang saya ingat, waktu
saya masih tingkat SD, saya adalah seorang anak yang sangat jail. Akan tetapi
kejailan saya dibarengi oleh prestasi yang lumayan membanggakan. Alhamdulillah
dari kelas 1 sampai kelas 6 saya selalu mendapatkan ranking 1. Dan teman-teman
saya pun heran karenanya. Satu hal yang tidak akan pernah saya lupakan, waktu
masih SD, saya sangat takut sekali dengan jarum suntik, bahkan sampai sekarang
saya takut kalau disuntik. Jadi dulu ketika ada petugas imunisasi datang ke
sekolah, saya suka bersembunyi di WC sekolah, kadang lari ke kebun karet di
belakang sekolah bersama teman-teman saya saking takutnya disuntik.
Sekitar tahun 2008, saya masuk ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan SMPN 5 Teluk Keramat lah yang menjadi
pilihan saya dan kedua orang tua saya pada waktu itu.
Pada tingkat pendidikan ini lah
saya mulai mengenal dunia keorganisasian. Ada beberapa pilihan badan organisasi
yang ditawarkan di SMP pada waktu itu, akhirnya saya memilih Organisasi Kepanduan
(Pramuka). Banyak sekali pengalaman yang saya dapat ketika masuk dalam
organisasi ini. Dimulai dari pembagian kerja, belajar menjadi pemimpin, belajar
bertahan hidup di luar rumah (dengan ikut kemping), menjadi pasukan pengibar
bendera, dilatih keberanian, dan masih banyak lagi.
Prestasi yang saya dapat ketika SD
tidak dapat saya pertahankan ketika SMP. Rangking 1 yang selalu menjadi
langganan didapatkan menjadi susah di dapat. Saya hanya mampu masuk dalam 10
besar.
Setelah menyelesaikan pendidikan
di tingkat SMP pada tahun 2010, saya pun melanjutkan pendidikan kejenjang
pendidikan tingkat SMA. Saya masuk ke SMAN 1 Sejangkung. Pengalaman
berorganisasi yang saya dapatkan waktu duduk di bangku SMP kemudian saya
lanjutkan di lingkungan SMA, saya pun masuk dalam Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS).
Pada saat penjurusan, tepatnya
waktu saya duduk di kelas 2 SMA. Saya masuk jurusan IPA. Sebetulnya saya tidak
mau masuk jurusan IPA, akan tetapi karena dorongan orang tua saya pun
memberanikan diri untuk masuk jurusan itu. Setelah saya jalani sekitar 2 bulan,
ternyata tidak begitu lama untuk saya beradaptasi dengan pelajaran yang saya
anggap sulit yakni Matematika, Fisika, Kimia maupun Biologi.
Pengalaman yang paling menarik
adalah ketika saya berurusan dengan bagian kesiswaan. Bukan karena saya menjadi
anak teladan diantara yang lain, akan tetapi karena kenakalan sayalah yang
menyebabkan hal tersebut. Hal yang paling sering membuat bagian kesiswaan marah
adalah masalah rambut. Kebetulan di sekolah SMA saya, rambut seorang siswa
tidak boleh gondrong (poni tidak boleh kena alis, rambut tidak boleh kena
kerah, dan rambut tidak boleh menutupi telinga), dan ketiga hal tersebutlah
yang sering saya langgar.
Saya menuntaskan pendidikan SMA
pada tahun 2013. Setelah itu saya langsung melanjutkan ke bangku kuliah.Dan
setelah dipertimbangkan, saya memilih Universitas Tanjungpura, Pontianak,
sebagai pilihan. Saya mendaftar lewat jalur SNMPTN dan saya ternyata lulus di
jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi.
Berat juga sebenarnya jika harus
meninggalkan keluarga di Sambas, akan tetapi ini harus saya lakukan agar saya
bisa belajar lebih mandiri tanpa harus terlalu mengandalkan orang tua dalam
segala hal. Di Pontianak, saya tinggal bersama sepupu saya. Orang tua sepupu
saya menawarkan saya untuk tinggal bersama anaknya, dan tanpa berfikir panjang
saya menerimanya. Alhamdulliah sedikitnya saya bisa terbantu.
Ketika kuliah saya tidak ikut
kegiatan keorganisasian. Alasannya tetap karena saya bosan. Dari semester satu
dan sampai sekarang semester dua, kehidupan perkuliahan saya biasa-biasa saja.
Bisa dibilang saya ini adalah mahasiswa yang menganut azas “kupu-kupu” (kuliah
pulang – kuliah pulang).