MITIGASI
TSUNAMI
Mitigasi meliputi segala tindakan yang
mencegah bahaya, mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya, dan mengurangi daya
rusak suatu bahaya yang tidak dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar
managemen situasi darurat. Mitigasi dapat didefinisikan sebagai “aksi yang
mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang bahaya bencana alam dan
akibatnya terhadap manusia dan harta-benda” (FEMA, 2000). Mitigasi adalah usaha
yang dilakukan oleh segala pihak terkait pada tingkat negara, masyarakat dan
individu.
Untuk mitigasi bahaya tsunami atau untuk
bencana alam lainnya, sangat diperlukan ketepatan dalam menilai kondisi alam
yang terancam, merancang dan menerapkan teknik peringatan bahaya, dan
mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya
tersebut. Ketiga langkah penting tersebut adalah:
1. Penilaian
Bahaya (Hazard Assessment)
Unsur pertama untuk mitigasi yang
efektif adalah penilaian bahaya. Untuk setiap komunitas pesisir, penilaian
bahaya tsunami diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan aset yang
terancam, dan tingkat ancaman (level of risk). Penilaian ini membutuhkan
pengetahuan tentang karakteristik sumber tsunami, probabilitas kejadian,
karakteristik tsunami dan karakteristik morfologi dasar laut dan garis pantai.
Untuk beberapa komunitas, data dari tsunami yang pernah terjadi dapat membantu
kuantifikasi faktor-faktor tersebut. Untuk komunitas yang tidak atau hanya
sedikit memiliki data dari masa lalu, model numerik tsunami dapat memberikan
perkiraan. Tahapan ini umumnya menghasilkan peta potensi bahaya tsunami, yang
sangat penting untuk memotivasi dan merancang kedua unsur mitigasi lainnya,
peringatan dan persiapan.
a)
Data
rekaman tsunami (Historical tsunami data)
Rekaman data umumnya tersedia dalam
banyak bentuk dan di banyak tempat. Format yang ada mencakup publikasi dan
katalog manuskrip, laporan penyelidikan lapangan, pengalaman pribadi, berita
koran, rekaman film dan video. Salah satu instansi riset penyimpan data
terbesar adalah International Tsunami Information Center di Honolulu, Hawaii.
b)
Data
paleotsunami
Penelitian paleotsunami juga dapat
dilakukan pada endapan tsunami di daerah pesisir dan bukti-bukti lainnya yang
terkait dengan pergeseran sesar penyebab gempabumi tsunamigenik.
c)
Penyelidikan
pasca tsunami
Survey penyelidikian pasca tsunami
dilakukan mengikuti suatu peristiwa tsunami yang baru terjadi untuk mengukur
batas inundasi dan merekam keterangan saksi mata mengenai jumlah gelombang,
waktu kedatangan gelombang, dan gelombang mana yang terbesar.
d)
Pemodelan
numerik
Seringkali karena rekaman data
minimal, satu-satunya jalan untuk menentukan daerah potensi bahaya adalah
menggunakan pemodelan numerik. Model dapat dimulai dari skenario terburuk.
Informasi ini kemudian menjadi dasar pembuatan peta evakuasi tsunami dan
prosedurnya.
2.
Peringatan (Warning)
Unsur kunci kedua untuk mitigasi
tsunami yang efektif adalah suatu sistem peringatan untuk memberi peringatan
kepada komunitas pesisir tentang bahaya tsunami yang tengah mengancam. Sistem
peringatan didasarkan kepada data gempabumi sebagai peringatan dini, dan data
perubahan muka airlaut untuk konfirmasi dan pengawasan tsunami. Sistem
peringatan juga mengandalkan berbagai
saluran komunikasi untuk menerima data seismik dan perubahan muka airlaut, dan
untuk memberikan pesan kepada pihak yang berwenang. Pusat peringatan (warning
center) haruslah: 1) cepat – memberikan peringatan secepat mungkin setelah
pembentukan tsunami potensial terjadi, 2) tepat – menyampaikan pesan tentang
tsunami yang berbahaya seraya mengurangi peringatan yang keliru, dan 3)
dipercaya – bahwa sistem bekerja terus-menerus, dan pesan mereka disampaikan
dan diterima secara langsung dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
A.
Data
Sistem peringatan membutuhkan data
seismik dan muka air laut setiap saat secara cepat (real atau near-real time).
Sistem ini juga membutuhkan rekaman data gempabumi dan tsunami yang pernah
terjadi. Kedua jenis data tersebut dipergunakan untuk dapat secara cepat
mendeteksi dan melokalisasi gempabumi tsunamigenik potensial, untuk
mengkonfirmasi apakah tsunami telah terbentuk, dan untuk memperkirakan dampak
potensial terhadap daerah pesisir yang menjadi tanggungjawabnya.
a)
Data
seismic
Sinyal seismik – getaran dari gempa
bumi yang bergerak secara cepat melalui kulit bumi – dipergunakan oleh pusat
peringatan untuk mendeteksi terjadinya gempabumi, dan kemudian untuk menentukan
lokasi dan skalanya. Berdasarkan informasi tersebut, statistik likelihood
tsunami yang terbentuk dapat diperkirakan secara cepat, dan peringatan dini
atau informasi yang sesuai dapat dikeluarkan. Seismometer standard periode
pendek (0.5-2 sec/cycle) dan periode panjang (18-22 sec/cycle) menghasilkan
data untuk menentukan lokasi dan skala gempabumi. Seismometer skala luas -
broadband seismometers (0.01-100 sec/cycle) dapat pula dipergunakan untuk kedua
tujuan diatas dan juga untuk penghitungan momen seismik yang sangat berguna
untuk menyempurnakan analisis data yang dilakukan.
b)
Data
muka air laut
Pengukur variasi muka laut
(water-level gauges) adalah instrumen yang sangat penting dalam sistem
peringatan tsunami. Mereka dipergunakan untuk konfirmasi secara cepat tentang
kehadiran atau tidaknya suatu tsunami mengikuti peristiwa gempabumi, untuk
mengamati perkembangan tsunami, untuk membantu estimasi tingkat bahaya, dan
menyediakan alasan untuk memutuskan bahaya telah berlalu. Gauges kadangkala
merupakan satu-satunya cara untuk mendeteksi tsunami ketika data seismik tidak
mendukung, atau bila tsunami bukan disebabkan oleh gempa bumi. Untuk bisa
memberikan peringatan secara efektif, gauges perlu diletakkan di dekat sumber
tsunami sehingga konfirmasi secara cepat diperoleh, apakah tsunami telah
terbentuk atau tidak, dan perkiraan awal mengenai ukuran tsunami. Mereka harus
pula diletakkan diantara sumber dan daerah pesisir yang terancam untuk
memonitor perkembangannya dan membantu memprediksi dampaknya. Untuk tsunami
lokal, gauges dibutuhkan di sepanjang garis pantai untuk memperoleh konfirmasi
tercepat dan untuk evaluasi.
c)
Data
rekaman tsunami dan gempa bumi
Pusat peringatan membutuhkan akses
cepat kepada data rekaman tsunami dan gempabumi untuk membantu memperkirakan
apakah suatu gempabumi dari suatu lokasi dapat menyebabkan tsunami, dan apakah
tsunami tersebut berbahaya bagi daerah tanggung jawab mereka. Sebagai contoh,
adalah sangat berguna untuk mengetahui bila zona subduksi pada suatu daerah
pernah mengalami gempabumi berskala 8 tetapi tidak pernah menghasilkan tsunami.
Juga sangat berguna untuk mengetahui karakteristik rekaman data muka airlaut
untuk tsunami yang berbahaya dan yang tidak berbahaya pada suatu daerah.
d)
Data
model numeric
Dewasa ini, pusat peringatan mulai
mempergunakan data dari model numerik untuk memberikan panduan dalam prediksi
tingkat bahaya tsunami berdasarkan parameter gempabumi dan data muka airlaut
tertentu.
e)
Data
lainnya
Jenis data lainnya yang diperlukan
oleh pusat peringatan adalah seperti data letusan gunung api atau tanah longsor
yang terjadi di dekat tubuh airlaut.
B.
Komunikasi
Sistem peringatan tsunami
membutuhkan komunikasi yang unik dan ekstensif. Data seismik dan perubahan muka
airlaut harus dikirim dari lokasi secara cepat dan dapat dipercaya oleh
penerima.
a)
Akses
data real time
Data seismik dan perubahan muka air
laut supaya berguna haruslah dapat diterima secara cepat real atau very near
real time. Banyak teknik komunikasi yang bisa dipergunakan, seperti radio VHF,
gelombang mikro, transmisi satelit.
b)
Penyebaran
pesan
Penyampaian pesan kepada para
pengguna juga sama pentingnya sebagaimana mendapatkan data secara real time.
Penyampaian pesan dapat secara cepat dilakukan melalui Global
Telecommunications System (GTS) atau Aeronautical Fixed Telecommunications
Network (AFTN). Pesan dapat pula disampaikan secara konvensional melalui
e-mail, telpon atau fax.
3. Persiapan
Kegiatan kategori ini tergantung
pada penilaian bahaya dan peringatan. Persiapan yang layak terhadap peringatan
bahaya tsunami membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkina terkena
bahaya (peta inundasi tsunami) dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk
mengetahui kapan harus mengevakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi
telah aman. Tanpa kedua pengetahuan akan muncul kemungkinan kegagalan mitigasi
bahaya tsunami. Tingkat kepedulian publik dan pemahamannya terhadap tsunami
juga sangat penting. Jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas vital masyarakat seperti sekolah, kantor polisi
dan pemadam kebakaran, rumah sakit berada diluar zona bahaya. Usaha-usaha
keteknikan untuk membangun struktur yang tahan terhadap tsunami, melindungi
bangunan yang telah ada dan menciptakan breakwater penghalang tsunami juga
termasuk bagian dari persiapan.
A.
Evakuasi
Rencana evakuasi dan prosedurnya
umumnya dikembangkan untuk tingkat lokal, karena rencana ini membutuhkan
pengetahuan detil tentang populasi dan fasilitas yang terancam bahaya, dan
potensi lokal yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah. Tsunami lokal
hampir tidak menyediakan waktu yang cukup untuk peringatan formal dan disertai
gempabumi, sementara tsunami distan mungkin memberi waktu beberapa jam untuk
persiapan sebelum gelombang yang pertama tiba. Sehingga persiapan evakuasi dan
prosedurnya harus disiapkan untuk kedua skenario tersebut.
a) Evakuasi untuk tsunami lokal
Ketika tsunami lokal terjadi,
satu-satunya tanda yang ada mungkin hanyalah goncangan gempa bumi, atau suatu
kondisi yang tidak biasa pada tubuh air laut. Masyarakat harus mampu mengenali
tanda-tanda bahaya tersebut, kemudian pindah segera dan secepatnya kearah darat
atau ke arah dataran tinggi karena gelombang tsunami dapat menghantam dalam
hitungan menit. Para pengungsi juga menghadapi bahaya yang disebabkan oleh
gempa bumi seperti tanah longsor,
runtuhnya bangunan dan jembatan yang mungkin menghambat usaha mereka
dalam menyelamatkan diri. Untuk itu diperlukan sekali kepedulian publik dan
pendidikan tentang tsunami dan kemungkinan bahaya yang mengikuti. Hal ini juga
membutuhkan perencanaan resmi tentang zona bahaya dan rute evakuasi yang aman.
Kunci utama untuk memotivasi pendidikan publik adalah pemahaman tentang bahaya
tsunami dan dimana kemungkinan banjir tsunami tersebut terjadi.
b) Evakuasi untuk tsunami distan
Pada kasus tsunami distan, pihak
yang berwenang masih memiliki waktu yang cukup untuk mengorganisir evakuasi.
Mengikuti peringatan dari pusat peringatan bahwa tsunami telah terbentuk dan
waktu kedatangan gelombang pertama telah diketahui, pihak yang berwenang
membuat keputusan tentang apakah evakusi diperlukan. Keputusan ini didasarkan
kepada data rekaman atau model tentang ancaman dari sumber tsunami dan panduan
lebih lanjut dari pusat peringatan tentang pergerakan tsunami. Masyarakat
diinformasikan tentang bahaya yang mengancam, dan diinstruksikan tentang
bagaimana, kemana, dan kapan harus mengungsi. Badan-badan pelayanan masyarakat
seperti polisi, pemadam kebakaran dan tentara, difungsikan untuk membantu
kelancaran pengungsian. Zona evakuasi dan rute pengungsian harus ditentukan
secara aman, masyarakat harus cukup diberi pengarahan tentang bahaya tsunami
dan prosedur evakuasi, sehingga mereka tidak tetap berada di tempat tinggal
ketika tsunami datang atau telah kembali ketika ancaman masih belum berakhir. Evakuasi
yang tidak perlu harus dikurangi untuk menjaga kepercayaan publik terhadap
sistem.
B.
Pendidikan
Mitigasi tsunami harus mengandung
rencana untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan oleh masyarakat luas,
pemerintah lokal, dan para pembuat kebijakan tentang sifat-sifat tsunami,
kerusakan dan bahaya yang disebabkan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengurangi bahaya.
a) Pendidikan publik
Pendidikan publik yang dilaksanakan
akan efektif bila ikut memperhitungkan bahasa dan budaya lokal, ada-istiadat,
praktek keagamaan, hubungan masyarakat dengan kekuasaan, dan pengalaman tsunami
masa lalu.
b) Pendidikan untuk para operator
sistem peringatan, manager bencana alam, dan pembuat kebijakan.
Operator sistem peringatan, manager
bencana alam, dan pembuat kebijakan harus memenuhi suatu tingkat pendidikan dan
pemahaman terhadap bahaya tsunami. Sebab tsunami, baik lokal maupun distan,
jarang terjadi pada suatu daerah tertentu, sehingga orang-orang kunci tersebut
tidak memiliki pengalaman probadi terhadap fenomena yang menjadi dasar
keputusan menyangkut persiapan atau tindakan yang harus dilakukan ketika bahaya
tersebut menimpa.
C.
Tata
Guna Lahan
Sebagai konsekuensi pertumbuhan
penduduk global, daerah pesisir yang rawan tsunami berkembang dengan cepat.
Karena tidak mungkin untuk menghentikan pembangunan, sebaiknya dilakukan
pencegahan pembangunan fasilitas umum pada zona rawan bencana tsunami, seperti
sekolah, polisi, pemadam kebakaran dan rumah sakit yang memiliki arti penting
bagi populasi ketika bahaya sewaktu-waktu terjadi. Sebagai tambahan, hotel dan
penginapan juga perlu ditempatkan pada lokasi yang sesuai dengan prosedur
evakuasi untuk memberikan keamanan kepada para tamunya.
D.
Keteknikan
Keteknikan dapat membantu mitigasi
tsunami. Bangunan dapat diperkuat sehingga tahan terhadap tekanan gelombang dan
arus yang kuat. Fondasi struktur dapat dikonstruksikan menahan erosi dan
penggerusan oleh arus. Lantai dasar suatu bangunan dapat dibuat terbuka
sehingga mampu membiarkan airlaut melintas, hal ini menolong mengurangi sifat
penggerusan arus pada fondasi. Bagian penting dari suatu bangunan seperti
generator cadangan, motor elevator dapat ditempatkan pada lantai yang tidak
terkena banjir. Benda-benda berat berbahaya seperti tanki yang dapat hanyut
terbawa banjir sebaiknya ditanamkan ke tanah. Sistem transportasi
dikonstruksikan atau dimodifikasi sehingga mampu memfasilitasi evakuasi massal
secara cepat keluar dari daerah bahaya. Beberapa struktur penahan gelombang
laut seperti seawall, sea dikes, breakwaters, river gates, juga mampu menahan
atau mengurangi tekanan tsunami.
4. Penelitian
Meskipun tidak terkait langsung
dengan aktivitas mitigasi, penelitian yang terkait dengan tsunami sangatlah
penting untuk meningkatkan kualitas mitigasi. Riset yang menyelidiki
bukti-bukti paleotsunami, mengembangkan database, kuantifikasi dampak bahaya
tsunami, atau pemodelan numerik dapat meningkatkan tingkat akurasi penilaian
bahaya. Penelitian juga mampu meningkatkan cara pendidikan publik sehingga
tingkat kepedulian masyarakat akan bahya tsunami meningkat. Penelitian juga
memberikan panduan perencanaan tata ruang dalam zona inundasi potensial.
MEGATSUNAMI
Megatsunami adalah tsunami yang mencapai
ketinggian lebih dari 100 meter. Selain beberapa tsunami besar di Alaska yang
mencapai tinggi 520 meter, megatsunami terakhir yang melanda wilayah
berpenduduk diduga terjadi sekitar 4000 tahun yang lalu. Menurut para ahli
geologi, megatsunami biasanya disebabkan oleh tanah longsor yang sangat besar,
seperti runtuhnya sebuah pulau, ke laut atau samudra, letusan gunung berapi
seperti contohnya letusan Gunung Krakatau, atau tumbukan sebuah meteor besar.
Megatsunami dapat naik hingga ratusan
meter, dengan kecepatan 890 kilometer per jam, dan dapat menerjang daratan
hingga sejauh 20 km.
Di tengah lautan dalam, megatsunami
hampir tidak dapat dirasakan. Permukaan laut hanya naik vertikal sekitar satu
meter, dengan wilayah yang sangat luas, hingga ratusan kilometer. Saat tsunami
mencapai laut dangkal, gelombangnya hanya terlihat sekitar 30 cm. Namun, ketika
mencapai daratan, gelombang tsunami meninggi secara drastis.
Tsunami di Banda Aceh hampir dapat
dikategorikan megatsunami karena jumlah korban jiwa yang sangat besar (200.000
orang) dan mencapai negara-negara tetangga seperti: Malaysia, Thailand, India,
Sri Lanka dan Bangladesh. Gempa bumi bawah laut umumnya tidak menghasilkan
tsunami yang sedemikian besar, kecuali jika gempa ini juga menghasilkan longsor
bawah laut.
Megatsunami Prasejarah
·
65 juta tahun yang lalu. Saat tumbukan
meteorit yang membentuk kawah Chicxulub, menyebabkan tsunami setinggi 3
kilometer. Cukup tinggi untuk menenggelamkan pulau seperti Madagascar. Tsunami
tertinggi dalam sejarah, dan juga dijuluki "Ibu dari semua Tsunami".
·
35 juta tahun yang lalu. Tumbukan
meteorit di teluk Chesepeake, mungkin menyebabkan megatsunami yang berulang-
ulang.
Selain itu megatsunami tertinggi juga
terjadi di sekitar British Columbia, gunung Etna di Sisilia, di laut Norwegia,
di kepulauan RĂ©union, di sebelah timur Madagascar, dan di kepulauan Hawaii.
Potensi ancaman Megatsunami
·
Tenggelamnya suatu pulau yang terkena
imbas tsunami
·
Korban jiwa yang sangat besar
·
Kerugian harta benda yang besar
·
Punahnya kehidupan
TSUNAMI DALAM SEJARAH
Tsunami
di sisi lain, dapat disebabkan oleh adanya peristiwa alam yang berbeda, seperti
: Pergerakan lempeng tektonik di dasar laut yang menimbulkan gempa bumi,
Longsor bawah laut dalam skala besar, Letusan gunung berapi bawah laut, atau
dampak dari meteor besar yang jatuh di laut, namun sebagian besar tsunami
adalah hasil dari gempa bumi tektonik.
Setelah
gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang, menunjukkan bahwa masyarakat modern
pun, rentan terhadap bencana yang datang dari kekuatan alam. Tsunami telah terjadi berkali-kali sepanjang
sejarah, namun karena data historis sedikit, para ilmuwan sedikit sulit untuk
menyusun peringkat berdasarkan besar kerusakan dan jumlah korban jiwa yang
ditimbulkan.
Berikut
ini adalah 23 bencana tsunami sepanjang masa:
1.
426
SM: Teluk Maliakos, Yunani Timur
Inilah pertama kalinya orang
menghubungkan tsunami dengan gempa yang terjadi sebelumnya.
2.
21
Juli 365: Alexandria, Mediterania Timur
Tsunami setinggi lebih dari 30
meter. Membunuh ribuan orang, kapal terhembalang ke daratan sejauh 3,2
kilometer.
3.
684
M: Hakuho, Jepang
Tsunami pertama yang tercatat di
Jepang, setelah gempa 8,4 pada skala Richter.
4.
887
M: Ninna Nankai, Jepang
Tsunami melantakkan Kyoto. Pantai
dan teluk Osaka rusak berat.
5.
1361:
Shuhei Nankai, Jepang
Gempa 8,4 SR dan tsunami Nankaido
menewaskan 660 orang, menghancurkan 1.700 rumah.
6.
1541:
Nueva Cadiz, Venezuela
Kota Nueva Cádiz, yang berpenghuni
1.500 orang, disapu gempa dan tsunami.
7.
1700:
Pulau Vancouver, Kanada
Gempa Cascadia, yang berkekuatan 9
MW, menyebabkan tsunami besar yang merambat ke Pasifik Barat Laut hingga ke
Jepang.
8.
1792:
Gunung Unzen, Kyushu, Jepang
Letusan gunung api menyebabkan
tanah longsor, yang menimbulkan tsunami setinggi 100 meter (megatsunami kecil).
9.
1833:
Sumatera, Indonesia
Gempa berkekuatan 8,8-9,2 SR
mengakibatkan tsunami besar yang menyapu pesisir barat Sumatera.
10. 1854: Nankai, Tokai, dan Kyushu,
Jepang
Gempa Ansei terdiri atas dua gempa
8,4 SR dan satu gempa 7,4 SR dalam tiga hari, yang menghasilkan gelombang
setinggi 28 meter dan menewaskan 100 ribu orang.
11. 1868: Kepulauan Hawaii
Gempa 7,5 SR memicu longsor Gunung
Mauna Loa, yang memicu tsunami setinggi 18 meter. Tsunami menyapu semua rumah
dan manusia di pulau itu.
12. 1923: Kanto, Jepang
Gempa besar Kanto meratakan Tokyo,
Yokohama, dan sekitarnya, diikuti tsunami 12 meter.
13. 1 April 1946: Alaska
Tsunami April Fool, dipicu sebuah
gempa yang terjadi di Alaska, membunuh 159 orang, dan kebanyakan berada di
kepulauan Hawaii.
14. 1958: Teluk Lituya, Alaska, Amerika
Gempa menyebabkan megatsunami setinggi
520 meter.
15. 1960: Valdivia, Cile
Gempa terbesar, 9,5 SR di lepas
pantai Cile memicu tsunami paling dahsyat pada abad ke-20. Gelombang setinggi
25 meter menyebar ke Samudra Pasifik hingga pantai Sanriku, Jepang, 22 jam
kemudian. Lebih dari 6.000 orang di seluruh dunia tewas.
16. 1964: Alaska, Amerika
Dikenal sebagai gempa bumi Good
Friday Alaska, dengan kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan
kecepatan 400 mil per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter,
membunuh lebih dari 120 orang. Sepuluh orang yang menjadi korban di kota
Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3
meter.
17. 1876: Filipina
Sebuah tsunami di barat daya
Filipina membunuh 8 ribu korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit
setelah adanya gempa.
18. 1998: Papua New Guinea
Sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala
richter menyebabkan tsunami di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan
sangat cepat.
19. 2005: Nias, Indonesia
Gempa 8,7 SR di lepas pantai Nias
menewaskan 1.300 orang.
20. 2006: Pangandaran, Indonesia
Gempa 7,7 SR mengguncang dasar
Samudra Hindia, 200 km selatan Pangandaran, memicu gelombang tinggi hingga 6
meter di Pantai Cimerak. Sekitar 800 orang dilaporkan hilang.
21. 2007: Bengkulu
Memakan korban jiwa 3 orang.
Ketinggian tsunami 3-4 m.
22. 2007: Kepulauan Solomon
Gempa 8,1 SR dekat Kepulauan
Solomon menimbulkan tsunami setinggi 5 meter, yang menyebar hingga ke Jepang,
Selandia Baru, dan Hawaii.
23. 2011: Honshu, Jepang
Gempa bumi berkekuatan 8,9 skala
Richter pada kedalaman 24,4 kilometer di sebelah pantai timur Honshu, Jepang,
pada 11 Maret 2011 pukul 12.46 WIB atau 14.46 waktu setempat, tercatat sebagai
gempa bumi terbesar ketujuh di dunia.
Sedangkan berikut
ini adalah 10 bencana tsunami terburuk sepanjang masa versi www.australiangeographic.com.au, diurut
berdasarkan besar kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan:
1.
26
Desember 2004: Sumatra, Indonesia.
Gempa berkekuatan 9,1 skala richter
di lepas pantai Sumatera diperkirakan terjadi pada kedalaman 30 km. Zona patahan di dasar laut yang menyebabkan
tsunami itu kira-kira sepanjang 1.300 km, tinggi gelombang tsunami mencapai 50
m, menenggelamkan wilayah daratan hingga mencapai 5 km dari garis pantai,
hingga ke pedalaman dekat Meulaboh, Sumatera. Tsunami ini juga yang paling banyak
dicatat, dengan hampir seribu gabungan titik pengamatan dan saksi mata dari
seluruh dunia melaporkan adanya kenaikan tinggi gelombang, termasuk
tempat-tempat di AS, Inggris, dan Antartika. Kerugian materil yang ditimbulkan
diperkirakan mencapai 10 milyar dollar dan sekitar 230.000 orang dilaporkan
tewas.
2.
11
Maret 2011: Sendai, Jepang.
Sebuah tsunami yang kuat dengan
kecepatan gelombang mencapai 800 km per jam serta tinggi gelombang mencapai 10
m menyapu pantai timur Jepang, menewaskan lebih dari 18.000 orang. Tsunami
diawali oleh gempa berkekuatan 9,0 skala richter pada kedalaman 24 km. Sekitar 452.000 orang dipindahkan ke tempat
pengungsian karena rumah mereka hancur berantakan. Getaran hebat akibat gempa mengakibatkan
keadaan darurat nuklir, di mana pembangkit tenaga nuklir Fukushima Daiichi
mulai bocor dan mengeluarkan uap radioaktif.
Bank Dunia memperkirakan, bahwa Jepang butuh hingga lima tahun untuk
merecovery kerusakan yang ditimbulkan serta dibutuhkan finansial sebesar 235
milyar dolar.
3.
1
November 1755: Lisabon, Portugal.
Sebuah gempa berkekuatan 8,5 skala
richter menyebabkan tiga rangkaian gelombang besar yang memporak porandakan
berbagai kota di sepanjang pantai barat Portugal dan Spanyol selatan, tinggi
gelombang di beberapa tempat mencapai 30 m.
Tempat-tempat jauh yang terkena gelombang tsunami seperti Carlisle Bay,
Barbados, di mana tinggi gelombang dilaporkan naik hingga 1,5 m. Gempa bumi dan
tsunami ini menewaskan 60.000 orang di Portugal, Maroko dan Spanyol.
4.
27
Agustus 1883: Krakatau, Indonesia.
Peristiwa tsunami ini terkait
dengan ledakan gunung berapi Krakatau.
Gelombang setinggi 37 m yang diakibatkan oleh dahsyatnya letusan gunung
Krakatau menghancurkan kota Anyer dan Merak. Laut dilaporkan surut dari pantai
di Bombay, India dan dilaporkan telah menewaskan satu orang di Sri Lanka. Peristiwa ini secara total telah menewaskan
sekitar 40.000 orang, namun sebanyak 2.000 kematian terkait secara langsung
dengan letusan gunung berapi, selebihnya adalah akibat dari tsunami yang
ditimbulkan.
5.
20
September 1498: Enshunada Sea, Jepang.
Gempa bumi, diperkirakan setidaknya
berkekuatan 8,3 skala richter, telah menyebabkan gelombang tsunami di sepanjang
pantai Kii, Mikawa, Surugu, Izu dan Sagami. Gelombang yang cukup kuat telah
menyatukan Danau Hamana, yang sebelumnya terpisahkan dari laut. Dilaporan ribuan rumah hanyut tersapu banjir
di seluruh wilayah yang terkena dampak tsunami, dengan total 31.000 orang
tewas.
6.
28
Okteber 1707: Nankaido, Jepang.
Sebuah gempa berkekuatan 8,4 skala
richter telah menyebabkan gelombang laut setinggi 25 m yang menyapu pantai
Pasifik Kyushyu, Shikoku, dan Honshin.
Pantai Osaka juga mengalami kerusakan. Sebanyak hampir 30.000 bangunan
rusak di daerah yang terkena dampak dan sekitar 30.000 orang tewas. Dilaporkan
bahwa sekitar selusin gelombang besar bersusulan menenggelamkan daratan
mencapai beberapa kilometer dari garis pantai sampai ke pedalaman di wilayah
Kochi.
7.
15
Juni 1986: Meiji Sanriku, Jepang.
Tsunami ini terjadi setelah gempa
berkekuatan 7,6 skala richter, diperkirakan terjadi di lepas pantai Sanriku,
Jepang. Tsunami yang terjadi di
Shirahama dilaporkan telah mencapai ketinggian 38,2 m, menyebabkan kerusakan
lebih dari 11.000 bangunan rumah dan menewaskan sekitar 22.000 orang.
Dilaporkan juga bahwa tsunami ini, telah memukul pantai timur China, menewaskan
sekitar 4.000 orang dan telah menyebabkan kerusakan parah pada lahan pertanian.
8.
13
Agustus 1868: Arica, Chile.
Peristiwa tsunami ini disebabkan
oleh rangkaian dua gempa bumi yang signifikan, diperkirakan berkekuatan 8,5
skala richter, di lepas pantai Arica, Peru (sekarang Chile). Gelombang tsunami mempengaruhi seluruh Rim
Pacific, dengan gelombang dilaporkan mencapai tinggi 21 m, yang berlangsung
antara dua sampai tiga hari. Tsunami
Arica dilaporkan, sampai pula ke pantai Sydney, Australia. Sebanyak 25.000 orang tewas dalam peristiwa
ini dengan kerugian materil diperkirakan mencapai 300 juta dollar, kerusakan
yang disebabkan oleh tsunami dan gempa bumi disepanjang pantai Peru-Chile.
9.
24
Apri 1771: Kepulauan Ryuku, Jepang.
Sebuah gempa berkekuatan 7,4 skala
richter diyakini telah menyebabkan tsunami yang merusak sejumlah besar
pulau-pulau di wilayah ini, namun kerusakan paling serius terdapat di daerah
Ishigaki dan Miyako Islands. Dilaporkan
bahwa gelombang yang melanda Pulau Ishigaki mencapai ketinggian 85,4 m, tetapi
informasi ini masih diperdebatkan karena pengukuran hanya didasarkan atas
dampak kerusakan yang ditimbulkan, data resmi dari pemeritah Jepang,
menyebutkan bahwa diperkirakan tinggi gelombang sekitar 11 sampai 15 m. Tsunami
telah menghancurkan total 3.137 bangunan rumah dan menewaskan hampir 12.000
orang.
10. 18 Januari 1586: Ise Bay, Jepang.
Gempa bumi yang menyebabkan tsunami
Ise Bay diperkirakan berkekuatan 8.2 skala richter. Tinggi gelombang mencapai 6
m, menyebabkan kerusakan pada sejumlah kota.
Kota Nagahama mengalami peristiwa kebakaran yang hebat setelah gempa
pertama terjadi dan menghancurkan setengah dari area perkotaan. Dilaporkan pula
bahwa Danau Biwa telah meluap dan menggenangi daerah perkotaan. Tsunami Ise Bay menyebabkan lebih dari 8.000
kematian dan kerusakan dalam jumlah yang besar.