1
|
DI
PULAU LEMUKUTAN KALIMANTAN BARAT
Ringkasan
Malaria merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok
risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil. Berdasarkan
rekapitulasi laporan Seksi Bimdal Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan
Provinsi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 terdapat 72.054 kasus Malaria
tanpa pemeriksaan sediaan darah dan 70.758 kasus Malaria dengan pemeriksaan sediaan
darah.
Pulau Lemukutan adalah salah satu pulau
di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang provinsi Kalimantan
Barat. Kondisi geografis pulau yang berbatasan langsung dengan Laut Cina
Selatan dan dipengaruhi oleh angin musim dan curah hujan yang tinggi serta
dikelilingi oleh hutan-hutan, menjadikan pulau ini menjadi salah satu daerah
endemi malaria. Insiden terjadinya penyakit malaria dilaporkan antara satu
hingga tiga kasus setiap bulannya dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang
cukup tinggi. Program pengendalian vektor (nyamuk Anopheles) melalui fogging
tidak pernah dilakukan sejak dua dekade terakhir (terakhir 1980an) padahal
angka kejadian infeksi malaria masih tinggi. Program pembagian kelambu juga
tidak memberikan dampak yang cukup signifikan karena distribusi yang tidak
merata. Tingginya angka kejadian malaria juga dipengaruhi oleh minimnya
pelayanan kesehatan di tingkat primer. Berangkat
dari masalah ini, perlu solusi efektif dalam menangani permasalahan masyarakat
di Pulau Lemukutan terutama dalam pengendalian vektor malaria.
Kondisi pulau yang masih alami banyak
menyimpan sejumlah potensi yang bisa dikembangkan. Pala dan Cengkeh adalah
komoditi utama dari hasil perkebunan masyarakat yang masih kurang optimal dalam
pemanfaatannya. Gagasan yang penulis ajukan adalah penggunaan mosquitrap
(mosquito trap) dengan zat atraktan yang memanfaatkan bahan dasar buah Pala.
Mosquitrap merupakan salah satu program pengendalian vektor berupa alat
perangkap nyamuk sebagai upaya menurunkan populasi vektor penyebab malaria
dengan menggunakan zat atraktan berupa hasil fermentasi buah pala sebagai daya
tarik nyamuk malaria.
Program pengabdian masyarakat
berhasil dilaksanakan dengan baik. Jumlah warga yang ikut dalam sosialisasi
sebanyak 48 orang. Program diawali dengan pendekatan kepada warga dengan
penyebaran undangan dari rumah ke rumah. Kemudian sosialisasi dimulai dengan
pemberian materi mengenai penyakit malaria dan simulasi pembuatan Mosquitrap.
Evaluasi dilaksanakan satu hari setelah pelaksanaan dan pada saat monitoring
evaluasi program. Hasil yang didapat warga mulai memahami penyakit malaria dan
langkah pencegahannya, serta sangat antusias dalam menerapkan alat Mosquitrap
ini. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas penggunaan
perangkap nyamuk sebagai pengendali vektor dan serta diperlukan kerjasama antar
stakeholder dalam menangani permasalahan kesehatan di Pulau Lemukutan.
BAB I. Pendahuluan
Malaria merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada
kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria
secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit
malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan Annual Parasite Incidence (API) dilakukan
stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi
malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi
dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun
masih terdapat desa/fokus malaria tinggi (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan rekapitulasi
laporan Seksi Bimdal Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2010 terdapat 72.054 kasus Malaria tanpa pemeriksaan
sediaan darah dan 70.758 kasus Malaria dengan pemeriksaan sediaan darah. Jika
mengacu pada definisi operasional pada indikator Indonesia Sehat 2010, maka
angka kesakitan malaria di Kalimantan Barat adalah 16,4 per 1.000 penduduk. Hal
ini berarti bahwa dari setiap 1.000 penduduk terdapat 16 orang yang terjangkit
penyakit Malaria. Sedang untuk kasus malaria dengan pemeriksaan sediaan darah,
angka kesakitannya adalah 16,1 per 1.000 penduduk. Jika dibandingkan dengan
target pada Indonesia sehat 2010 sebesar 5 per 1.000 penduduk, maka angka
kesakitan malaria di Kalimantan Barat masih tergolong tinggi. (Dinkes Kalbar,
2010)
Pulau Lemukutan adalah salah
satu pulau di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang provinsi
Kalimantan Barat. Kondisi pulau yang masih alami banyak menyimpan sejumlah potensi
yang bisa dikembangkan. Pala dan Cengkeh adalah komoditi utama dari hasil
perkebunan masyarakat yang masih kurang optimal dalam pemanfaatannya. Sedangkan
dari hasil laut, ikan teri merupakan andalan utama yang dihasilkan nelayan di
pulau ini.
Kondisi geografis pulau yang
berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan dan dipengaruhi oleh angin musim
dan curah hujan yang tinggi serta dikelilingi oleh hutan-hutan, menjadikan
pulau ini menjadi salah satu daerah endemi malaria. Insiden terjadinya penyakit
malaria dilaporkan antara satu hingga tiga kasus setiap bulannya dengan tingkat
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Program pengendalian vektor
(nyamuk Anopheles) melalui fogging tidak pernah dilakukan sejak dua dekade
terakhir (terakhir 1980an) padahal angka kejadian infeksi malaria masih tinggi.
Program pembagian kelambu juga tidak memberikan dampak yang cukup signifikan
karena distribusi yang tidak merata. Tingginya angka kejadian malaria juga
dipengaruhi oleh minimnya pelayanan kesehatan di tingkat primer.
2
|
Pembuatan
mosquitrap ini sederhana, sehingga sangat mudah diterapkan pada masyarakat pulau
Lemukutan yang memiliki tingkat ekonomi dan pengetahuan tergolong minim. Mosquitrap
dengan zat atraktan buah Pala diharapkan dapat membantu mengatasi masalah penyakit
malaria yang disebabkan oleh vektor malaria (Anopheles Sp.) di Pulau Lemukutan.
BAB 2. Gambaran Umum
Masyarakat Sasaran
Pulau
Lemukutan adalah salah satu pulau yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sungai
Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang provinsi Kalimantan Barat. Untuk mencapai
pulau ini, dapat ditempuh dengan dua jalur. Dari kota Pontianak menuju Teluk
Suak menempuh jalur darat sejauh 115 km dan dari Teluk Suak menuju pulau
Lemukutan melalui jalur laut sejauh 32 km dengan menggunakan perahu klotok.
Pulau
yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan tergolong asri dan alami.
Penduduk sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan. Hasil kebun
terutama cengkeh dan buah pala, sedangkan dari hasil laut berupa ikan teri.
Kekayaan alam yang melimpah tidak didukung dengan saran dan prasarana yang
memadai. Biaya transportasi yang cukup mahal menjadi salah satu kendala bagi
masyarakat dalam distribusi hasil alam. Kondisi ini kadang diperparah dengan
cuaca buruk, membuat hasil tangkapan laut menurun.
Pulau Lemukutan terkenal dengan daerah yang endemi malaria.
Tidak ada data khusus dari dinas kesehatan setempat yang melaporkan seberapa
banyak masyarakat yang terkena penyakit malaria ini, namun berdasarkan
keterangan warga, hampir setiap bulannya ada sekitar satu sampai tiga kasus
penyakit malaria dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi.
Perhatian dari pemerintah daerah tergolong minim. Program pencegahan malaria
dengan fogging terakhir dilakukan
pada tahun 1980an, hampir dua dekade program ini tidak pernah berjalan lagi
padahal insiden terjadinya penyakit hingga saat ini masih tinggi. Program
pemerintah terbaru berupa pembagian kelambu, tidak efektif menurut warga karena
banyak warga yang tidak mendapatkan distribusi kelambu secara merata, sehingga
program ini tetap tidak memberikan dampak positif yang cukup signifikan.
Tingginya angka morbiditas dan mortalitas juga dipengaruhi oleh minimnya tenaga
pelayan kesehatan dalam memberikan pertolongan pertama penanganan malaria.
5
|
BAB 3. METODE
PELAKSANAAN
Pembuatan
Mosquitrap yang diajukan penulis yaitu menggunakan bahan berupa botol bekas
ukuran 1,5 liter yang dipotong bagian atasnya. Penambahan kain hitam
dimaksudkan sebagai atraktan fisik bagi nyamuk. Pembuatan mosquitrap ini
sederhana sehingga sangat mudah diterapkan. Apalagi alat dan bahan dasar
berasal dari kekayaan alam di Pulau Lemukutan, yaitu buah pala.
Pelaksana
menggunakan bahan dasar buah pala yang difermentasikan dengan ragi Saccharomyces cereviseae, sehingga
dihasilkan gas karbondioksida dan amonia sebagai senyawa atraktan nyamuk. Hasil
yang diperoleh (nyamuk yang terperangkap) diindentifikasi dengan mencocokkan
dengan morfologi nyamuk Anopheles sp.,
Culex sp., dan Aedes sp. dengan
studi literatur. Perbandingan banyaknya nyamuk yang terperangkap dinyatakan
dalam tiga kategori sedikit (+) atau kurang dari 10 nyamuk, banyak (++) lebih
dari 50 nyamuk, dan sangat banyak (+++) lebih dari 100 nyamuk. Hasil
diidentifikasi dan dihitung setelah 2 minggu alat di pasang.
Fermentasi buah pala dilakukan dengan perbandingan konsentrasi
pala dan air dalam 3 kondisi, dan di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Banyak dan
Spesies Nyamuk yang terperangkap (dalam 1 liter bahan)
No
|
Atraktan
|
Perbandingan
|
Hasil
|
Spesies
tertangkap
|
1
|
Pala : Air
|
1 : 1
|
+
|
Aedes sp., Culex sp.
|
2
|
Pala : Air
|
2: 1
|
+++
|
Anopheles
sp., Culex sp., Aedes sp.
|
3
|
Air Biasa
(Kontrol)
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Dalam
total 1000 ml bahan, perbandingan buah pala dengan jumlah air yang paling
efektif adalah 2 : 1 (666,67 ml ekstrak buah pala dan 333,33 ml total air).
Perbandingan 1:1 tetap memberikan hasil adanya sedikit nyamuk didalam
perangkap, dan Air biasa dipakai sebagai kontrol. Perlakuan diulang 2 kali
dengan jarak pemakaian alat 2 minggu sekali. Hasil yang berbeda ini dikarenakan
intensitas bau yang dihasilkan atraktan pada perbandingan ini lebih kuat. Namun
seberapa tinggi kadar senyawa atraktan yang dihasilkan masih perlu penelitian
lebih lanjut.
J.1 Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan yaitu botol plastik berukuran 1,5 liter, cutter, kain hitam, dan
lem. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu buah pala, air bersih, dan ragi.
J.2
Flow
chart Pembuatan bir
7
|
J.3 Cara pembuatan alat:
(a)
(b) (c) (d)
Keterangan:
a. Memotong botol plastik menjadi dua bagian.
b. Mengisi botol dengan larutan atraktan bir
pala, kemudian menutup botol dengan bagian atas botol dengan posisi terbalik.
c. Menempelkan plastik atau kertas hitam dengan
lem pada botol yang menjadi daya tarik bagi nyamuk Anopheles.
d. Memasang mosquitrap di tempat gelap dan
ditempatkan di sudut ruangan.
K. JADWAL
KEGIATAN
No
|
Kegiatan
|
Bulan
I
|
Bulan
II
|
Bulan
III
|
|||||||||
1
|
Persiapan
kegiatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Koordinasi instansi
terkait dan perizinan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pengumpulan
bahan baku mosquitrap
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Persiapan
Kunjungan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pelaksanaan
sosialisasi tentang nyamuk malaria dan solusi yang diajukan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Produksi
mosquitrap
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Pemasangan
mosquitrap di rumah warga
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Penyusunan
laporan pelaksanaan kegiatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Perbaikan
data dan analisis akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Penyusunan
laporan akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
No.
|
Uraian
|
Satuan
|
Volume
|
Harga
satuan (Rp)
|
Total
|
Bahan
habis pakai
|
|||||
1
|
Buah
Pala
|
35
|
Kg
|
7.000
|
245.000
|
2
|
Ragi
|
20
|
Kg
|
3.500
|
70.000
|
3
|
Lem
|
15
|
Kaleng
|
20.000
|
300.000
|
4
|
Botol
Plastik
|
20
|
kg
|
10.000
|
200.000
|
5
|
Kain
hitam
|
20
|
meter
|
20.000
|
400.000
|
6
|
Lakban
|
5
|
Gulung
|
10.000
|
50.000
|
7
|
Plastik
putih
|
2
|
Pack
|
15.000
|
15.000
|
8
|
Tali
raffia
|
2
|
Pack
|
20.000
|
40.000
|
9
|
Kertas
HVS A4
|
5
|
Rim
|
45.000
|
225.000
|
10
|
Catridge
Printer (hitam)
|
1
|
Buah
|
170.000
|
170.000
|
11
|
Catridge
Printer (warna)
|
1
|
buah
|
250.000
|
250.000
|
12
|
Tinta
Printer Canon (hitam)
|
1
|
Botol
|
50.000
|
50.000
|
13
|
Tinta
Printer Canon Warna
|
2
|
Set
|
130.000
|
260.000
|
14
|
Fotokopi
data
|
1
|
Buku
|
70.000
|
70.000
|
15
|
Compact
Disk (CD) kosong
|
10
|
Buah
|
4.000
|
40.000
|
16
|
Spidol
Snowman
|
1
|
Kotak
|
70.000
|
70.000
|
Jumlah
1
|
2.455.000
|
||||
Peralatan Penunjang PKM
|
|||||
1
|
Cutter
|
20
|
Buah
|
15.000
|
300.000
|
2
|
Baskom
|
10
|
Buah
|
20.000
|
200.000
|
3
|
Penampungan bir pala
|
3
|
Set
|
300.000
|
900.000
|
4
|
Alat pengaduk
|
3
|
Buah
|
50.000
|
150.000
|
5
|
Sound system dan
microphone
|
1
|
set
|
150.000
|
150.000
|
6
|
Sewa laptop
|
1
|
Set
|
500.000
|
500.000
|
7
|
Sewa infokus
|
1
|
Set
|
200.000
|
200.000
|
8
|
Sewa kamera digital
|
1
|
set
|
250.000
|
250.000
|
9
|
Kartu memori
|
2
|
Buah
|
80.000
|
160.000
|
10
|
Cuci foto
|
50
|
Buah
|
1.000
|
50.000
|
11
|
Flasdisk 8GB
|
1
|
Buah
|
80.000
|
80.000
|
Jumlah
2
|
2.940.000
|
||||
Akomodasi
Tim
|
|||||
1
|
BBM (2 motor)
|
15
|
liter
|
4.500
|
67.500
|
2
|
Sewa motor air
|
1
|
Buah
|
300.000
|
300.000
|
3
|
Konsumsi snack
pelatihan
|
200
|
Kotak
|
7.000
|
1.400.000
|
4
|
Konsumsi 6 hari x 3
orang
|
18
|
Org/hr
|
20.000
|
360.000
|
5
|
Penginapan
|
2
|
Kmr
|
200.000
|
400.000
|
Jumlah
3
|
2.527.500
|
||||
Lain-lain
|
|||||
1
|
Administrasi
Perizinan
|
|
|
400.000
|
400.000
|
2
|
Pulsa pelaksana
|
3
|
Orang
|
50.000
|
150.000
|
2
|
Pembuatan laporan
|
5
|
Buku
|
10.000
|
50.000
|
3
|
Pencetakan dan
penjilidan laporan
|
5
|
Buku
|
30.000
|
150.000
|
Jumlah
4
|
750.000
|
||||
Total
Biaya yang Diperlukan
|
8.672.500
|
10
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar