Minggu, 19 Januari 2014

Contoh PKM yang lolos



1
 MOSQUITRAP-ATRAKTAN BIR PALA (Myristica fragrans-houtt) SEBAGAI PENGENDALI POPULASI VEKTOR MALARIA (Anopheles Sp.)
DI PULAU LEMUKUTAN KALIMANTAN BARAT

Ringkasan

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil. Berdasarkan rekapitulasi laporan Seksi Bimdal Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 terdapat 72.054 kasus Malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah dan 70.758 kasus Malaria dengan pemeriksaan sediaan darah.
Pulau Lemukutan adalah salah satu pulau di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang provinsi Kalimantan Barat. Kondisi geografis pulau yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan dan dipengaruhi oleh angin musim dan curah hujan yang tinggi serta dikelilingi oleh hutan-hutan, menjadikan pulau ini menjadi salah satu daerah endemi malaria. Insiden terjadinya penyakit malaria dilaporkan antara satu hingga tiga kasus setiap bulannya dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Program pengendalian vektor (nyamuk Anopheles) melalui fogging tidak pernah dilakukan sejak dua dekade terakhir (terakhir 1980an) padahal angka kejadian infeksi malaria masih tinggi. Program pembagian kelambu juga tidak memberikan dampak yang cukup signifikan karena distribusi yang tidak merata. Tingginya angka kejadian malaria juga dipengaruhi oleh minimnya pelayanan kesehatan di tingkat primer. Berangkat dari masalah ini, perlu solusi efektif dalam menangani permasalahan masyarakat di Pulau Lemukutan terutama dalam pengendalian vektor malaria.
Kondisi pulau yang masih alami banyak menyimpan sejumlah potensi yang bisa dikembangkan. Pala dan Cengkeh adalah komoditi utama dari hasil perkebunan masyarakat yang masih kurang optimal dalam pemanfaatannya. Gagasan yang penulis ajukan adalah penggunaan mosquitrap (mosquito trap) dengan zat atraktan yang memanfaatkan bahan dasar buah Pala. Mosquitrap merupakan salah satu program pengendalian vektor berupa alat perangkap nyamuk sebagai upaya menurunkan populasi vektor penyebab malaria dengan menggunakan zat atraktan berupa hasil fermentasi buah pala sebagai daya tarik nyamuk malaria.
Program pengabdian masyarakat berhasil dilaksanakan dengan baik. Jumlah warga yang ikut dalam sosialisasi sebanyak 48 orang. Program diawali dengan pendekatan kepada warga dengan penyebaran undangan dari rumah ke rumah. Kemudian sosialisasi dimulai dengan pemberian materi mengenai penyakit malaria dan simulasi pembuatan Mosquitrap. Evaluasi dilaksanakan satu hari setelah pelaksanaan dan pada saat monitoring evaluasi program. Hasil yang didapat warga mulai memahami penyakit malaria dan langkah pencegahannya, serta sangat antusias dalam menerapkan alat Mosquitrap ini. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas penggunaan perangkap nyamuk sebagai pengendali vektor dan serta diperlukan kerjasama antar stakeholder dalam menangani permasalahan kesehatan di Pulau Lemukutan.
BAB I. Pendahuluan

                   Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan Annual Parasite Incidence (API) dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa/fokus malaria tinggi (Kemenkes RI, 2011).
                   Berdasarkan rekapitulasi laporan Seksi Bimdal Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 terdapat 72.054 kasus Malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah dan 70.758 kasus Malaria dengan pemeriksaan sediaan darah. Jika mengacu pada definisi operasional pada indikator Indonesia Sehat 2010, maka angka kesakitan malaria di Kalimantan Barat adalah 16,4 per 1.000 penduduk. Hal ini berarti bahwa dari setiap 1.000 penduduk terdapat 16 orang yang terjangkit penyakit Malaria. Sedang untuk kasus malaria dengan pemeriksaan sediaan darah, angka kesakitannya adalah 16,1 per 1.000 penduduk. Jika dibandingkan dengan target pada Indonesia sehat 2010 sebesar 5 per 1.000 penduduk, maka angka kesakitan malaria di Kalimantan Barat masih tergolong tinggi. (Dinkes Kalbar, 2010)
                   Pulau Lemukutan adalah salah satu pulau di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang provinsi Kalimantan Barat. Kondisi pulau yang masih alami banyak menyimpan sejumlah potensi yang bisa dikembangkan. Pala dan Cengkeh adalah komoditi utama dari hasil perkebunan masyarakat yang masih kurang optimal dalam pemanfaatannya. Sedangkan dari hasil laut, ikan teri merupakan andalan utama yang dihasilkan nelayan di pulau ini.
                   Kondisi geografis pulau yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan dan dipengaruhi oleh angin musim dan curah hujan yang tinggi serta dikelilingi oleh hutan-hutan, menjadikan pulau ini menjadi salah satu daerah endemi malaria. Insiden terjadinya penyakit malaria dilaporkan antara satu hingga tiga kasus setiap bulannya dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Program pengendalian vektor (nyamuk Anopheles) melalui fogging tidak pernah dilakukan sejak dua dekade terakhir (terakhir 1980an) padahal angka kejadian infeksi malaria masih tinggi. Program pembagian kelambu juga tidak memberikan dampak yang cukup signifikan karena distribusi yang tidak merata. Tingginya angka kejadian malaria juga dipengaruhi oleh minimnya pelayanan kesehatan di tingkat primer.
2
                   Berangkat dari masalah ini, perlu solusi efektif dalam menangani permasalahan masyarakat di Pulau Lemukutan terutama dalam pengendalian vektor malaria. Gagasan yang penulis ajukan adalah penggunaan mosquitrap (mosquito trap) dengan zat atraktan yang memanfaatkan bahan dasar buah Pala. Mosquitrap merupakan salah satu program pengendalian vektor berupa alat perangkap nyamuk sebagai upaya menurunkan populasi vektor penyebab malaria dengan menggunakan zat atraktan berupa hasil fermentasi buah pala sebagai daya tarik nyamuk malaria.
Pembuatan mosquitrap ini sederhana, sehingga sangat mudah diterapkan pada masyarakat pulau Lemukutan yang memiliki tingkat ekonomi dan pengetahuan tergolong minim. Mosquitrap dengan zat atraktan buah Pala diharapkan dapat membantu mengatasi masalah penyakit malaria yang disebabkan oleh vektor malaria (Anopheles Sp.) di Pulau Lemukutan.

BAB 2. Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
                   Pulau Lemukutan adalah salah satu pulau yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang provinsi Kalimantan Barat. Untuk mencapai pulau ini, dapat ditempuh dengan dua jalur. Dari kota Pontianak menuju Teluk Suak menempuh jalur darat sejauh 115 km dan dari Teluk Suak menuju pulau Lemukutan melalui jalur laut sejauh 32 km dengan menggunakan perahu klotok.
Pulau yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan tergolong asri dan alami. Penduduk sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan. Hasil kebun terutama cengkeh dan buah pala, sedangkan dari hasil laut berupa ikan teri. Kekayaan alam yang melimpah tidak didukung dengan saran dan prasarana yang memadai. Biaya transportasi yang cukup mahal menjadi salah satu kendala bagi masyarakat dalam distribusi hasil alam. Kondisi ini kadang diperparah dengan cuaca buruk, membuat hasil tangkapan laut menurun.
Pulau Lemukutan terkenal dengan daerah yang endemi malaria. Tidak ada data khusus dari dinas kesehatan setempat yang melaporkan seberapa banyak masyarakat yang terkena penyakit malaria ini, namun berdasarkan keterangan warga, hampir setiap bulannya ada sekitar satu sampai tiga kasus penyakit malaria dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Perhatian dari pemerintah daerah tergolong minim. Program pencegahan malaria dengan fogging terakhir dilakukan pada tahun 1980an, hampir dua dekade program ini tidak pernah berjalan lagi padahal insiden terjadinya penyakit hingga saat ini masih tinggi. Program pemerintah terbaru berupa pembagian kelambu, tidak efektif menurut warga karena banyak warga yang tidak mendapatkan distribusi kelambu secara merata, sehingga program ini tetap tidak memberikan dampak positif yang cukup signifikan. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas juga dipengaruhi oleh minimnya tenaga pelayan kesehatan dalam memberikan pertolongan pertama penanganan malaria.
5
 
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Pembuatan Mosquitrap yang diajukan penulis yaitu menggunakan bahan berupa botol bekas ukuran 1,5 liter yang dipotong bagian atasnya. Penambahan kain hitam dimaksudkan sebagai atraktan fisik bagi nyamuk. Pembuatan mosquitrap ini sederhana sehingga sangat mudah diterapkan. Apalagi alat dan bahan dasar berasal dari kekayaan alam di Pulau Lemukutan, yaitu buah pala.
Pelaksana menggunakan bahan dasar buah pala yang difermentasikan dengan ragi Saccharomyces cereviseae, sehingga dihasilkan gas karbondioksida dan amonia sebagai senyawa atraktan nyamuk. Hasil yang diperoleh (nyamuk yang terperangkap) diindentifikasi dengan mencocokkan dengan morfologi nyamuk Anopheles sp., Culex sp., dan Aedes sp. dengan studi literatur. Perbandingan banyaknya nyamuk yang terperangkap dinyatakan dalam tiga kategori sedikit (+) atau kurang dari 10 nyamuk, banyak (++) lebih dari 50 nyamuk, dan sangat banyak (+++) lebih dari 100 nyamuk. Hasil diidentifikasi dan dihitung setelah 2 minggu alat di pasang.
Fermentasi buah pala dilakukan dengan perbandingan konsentrasi pala dan air dalam 3 kondisi, dan di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Banyak dan Spesies Nyamuk yang terperangkap (dalam 1 liter bahan)
No
Atraktan
Perbandingan
Hasil
Spesies tertangkap
1
Pala : Air
1 : 1
+
Aedes sp., Culex sp.
2
Pala : Air
2: 1
+++
Anopheles sp., Culex sp., Aedes sp.
3
Air Biasa (Kontrol)
-
-
-
6
         Ket: (+) sedikit, (++) banyak, (+++) sangat banyak

Dalam total 1000 ml bahan, perbandingan buah pala dengan jumlah air yang paling efektif adalah 2 : 1 (666,67 ml ekstrak buah pala dan 333,33 ml total air). Perbandingan 1:1 tetap memberikan hasil adanya sedikit nyamuk didalam perangkap, dan Air biasa dipakai sebagai kontrol. Perlakuan diulang 2 kali dengan jarak pemakaian alat 2 minggu sekali. Hasil yang berbeda ini dikarenakan intensitas bau yang dihasilkan atraktan pada perbandingan ini lebih kuat. Namun seberapa tinggi kadar senyawa atraktan yang dihasilkan masih perlu penelitian lebih lanjut.

       J.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu botol plastik berukuran 1,5 liter, cutter, kain hitam, dan lem. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu buah pala, air bersih, dan ragi.

       J.2  Flow chart Pembuatan bir














7
 
J.3 Cara pembuatan alat:

 


(a)                   (b)                      (c)                              (d)
Keterangan:
a.    Memotong botol plastik menjadi dua bagian.
b.    Mengisi botol dengan larutan atraktan bir pala, kemudian menutup botol dengan bagian atas botol dengan posisi terbalik.
c.    Menempelkan plastik atau kertas hitam dengan lem pada botol yang menjadi daya tarik bagi nyamuk Anopheles.
d.    Memasang mosquitrap di tempat gelap dan ditempatkan di sudut ruangan.

K. JADWAL KEGIATAN

No
Kegiatan
Bulan I
Bulan II
Bulan III
1
Persiapan kegiatan












2
Koordinasi instansi terkait dan perizinan












3
Pengumpulan bahan baku mosquitrap












4
Persiapan Kunjungan












5
Pelaksanaan sosialisasi tentang nyamuk malaria dan solusi yang diajukan












6
Produksi mosquitrap












7
Pemasangan mosquitrap di rumah warga












8
Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan












9
Perbaikan data dan analisis akhir












10
Penyusunan laporan akhir













8
L.        RANCANGAN BIAYA
No.
Uraian
Satuan
Volume
Harga satuan (Rp)
Total
Bahan habis pakai
1
Buah Pala
35
Kg
7.000
245.000
2
Ragi
20
Kg
3.500
70.000
3
Lem
15
Kaleng
20.000
300.000
4
Botol Plastik
20
kg
10.000
200.000
5
Kain hitam
20
meter
20.000
400.000
6
Lakban
5
Gulung
10.000
50.000
7
Plastik putih
2
Pack
15.000
15.000
8
Tali raffia
2
Pack
20.000
40.000
9
Kertas HVS A4
5
Rim
45.000
225.000
10
Catridge Printer (hitam)
1
Buah
170.000
170.000
11
Catridge Printer (warna)
1
buah
250.000
250.000
12
Tinta Printer Canon (hitam)
1
Botol
50.000
50.000
13
Tinta Printer Canon Warna
2
Set
130.000
260.000
14
Fotokopi data
1
Buku
70.000
70.000
15
Compact Disk (CD) kosong
10
Buah
4.000
40.000
16
Spidol Snowman
1
Kotak
70.000
70.000
Jumlah 1
2.455.000
Peralatan Penunjang PKM
1
Cutter
20
Buah
15.000
300.000
2
Baskom
10
Buah
20.000
200.000
3
Penampungan bir pala
3
Set
300.000
900.000
4
Alat pengaduk
3
Buah
50.000
150.000
5
Sound system dan microphone
1
set
150.000
150.000
6
Sewa laptop
1
Set
500.000
500.000
7
Sewa infokus
1
Set
200.000
200.000
8
Sewa kamera digital
1
set
250.000
250.000
9
Kartu memori
2
Buah
80.000
160.000
10
Cuci foto
50
Buah
1.000
50.000
11
Flasdisk 8GB
1
Buah
80.000
80.000
Jumlah 2
2.940.000
Akomodasi Tim
1
BBM (2 motor)
15
liter
4.500
67.500
2
Sewa motor air
1
Buah
300.000
300.000
3
Konsumsi snack pelatihan
200
Kotak
7.000
1.400.000
4
Konsumsi 6 hari x 3 orang
18
Org/hr
20.000
360.000
5
Penginapan
2
Kmr
200.000
400.000
Jumlah 3
2.527.500
Lain-lain
1
Administrasi Perizinan


400.000
400.000
2
Pulsa pelaksana
3
Orang
50.000
150.000
2
Pembuatan laporan
5
Buku
10.000
50.000
3
Pencetakan dan penjilidan laporan
5
Buku
30.000
150.000
Jumlah 4
750.000
Total Biaya yang Diperlukan
8.672.500

10
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar