Kata
Pengantar
Marilah
kita memanjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyusun
makalah ini secara singkat untuk dapat memenuhi tugas dari guru pembimbing.
Dengan
mempelajari dan mengetahui tentang Sosial Budaya di Indonesia, kita bisa
memperluas wawasan kita dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu sosial.
Dalam
menyusun makalah ini, tentu masih terdapat kekurangan maupun kekeliruan, baik
bahasa maupun kalimatnya. Untuk itu sebagai penulis kami sangat mengharapkan
saran dan kritikan yang konstruktif demi sempurnanya penyusunan makalah kami
ini.
Selanjutnya
tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
makalah ini, yang tidak mungkin kami sebutkan sebutkan satu persatu sampai
makalah ini dapat dicetak.
Akhirnya
teriring doa semoga penjelasan dalam makalah ini dapat diterima oleh guru
pembimbing.
Sejangkung, 12 Juni 2012
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar.........................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
Bab I
Pendahuluan................................................................................................................
1.1
Latar Belakang Masalah...........................................................................................
1.2
Rumusan
Masalah................................................................................................
1.3
Tujuan......................................................................................................................
1.4
Metode dan
Prosedur................................................................................................
Bab II
Pembahasan......................................................................................................................
2.1 Pendidikan Dalam
Sekolah....................................................................................
A.
Karakteristik Pendidikan Sekolah....................................................................
B.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Sekolah................................................................
2.2
Pendidikan Dalam Keluarga.........................................................................................
A.
Peranan Anggota Keluarga Dalam Pendidikan
Anak.........................................
2.3 Dasar
Teoritik Kependidikan Anak..........................................................................
2.4 Fungsi
Sosialisasi dan Pola Asuh
Keluarga...........................................................
Bab III
Penutup............................................................................................................................
3.1
Kesimpulan.............................................................................................................
3.2
Saran.......................................................................................................................
Daftar
Pustaka...........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah salah satu
makhluk ciptaan Allah yang dianugerahi akal pikiran dan memiliki potensi untuk
beriman kepada Allah dan dengan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu
serta gejala-gejala alam, memiliki rasa tanggung jawab atas segala tingkah
lakunya dan berakhlak. Dengan anugerah itulah yang menjadikan manusia sebagai
makhluk mulia, dimana makhluk lain tidak memiliki keistimewaan tersebut.
Perkembangan manusia secara
perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahkan belasan
tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia menjadi
berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk
mengembangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal dan untuk
memenuhi kebutuhannya.
Manusia mempunyai suatu potensi
yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan,
manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya.
Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam
pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat
meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.
Guna meningkatkan kualitas
hidup, manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan yang formal, informal
maupun nonformal. Dalam kenyataannya, manusia menunjukkan bahwa pendidikan
merupakan pembimbingan diri sudah berlangsung pada zaman primitif. Kegiatan
pendidikan terjadi dalam hubungan orang tua dan anak.
1.2
Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang tersebut, kami mencoba
menyampaikan permasalahan antara lain:
1.
Bagaimana pendidikan dalam sekolah?
2.
Bagaimana pendidikan dalam keluarga?
3.
Bagaimana dasar teoritik kependidikan anak?
4.
Bagaimana fungsi sosialisasi dan pola asuh keluarga?
1.3
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas Bahasa Indonesia serta untuk wawasan dan ilmu pengetahuan kami
tentang Pendidikan di Sekolah dan Pendidikan Dalam Keluarga.
1.4
Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis
dalam metode penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari
berbagai buku dan browsing di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pendidikan Dalam Sekolah
Dalam kehidupan modern, lembaga pendidikan sekolah
mempunyai peranan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia. Sekolah yang
sering juga dipandang sebagai lingkungan pendidikan kedua bagi anak setelah
lingkungan keluarga, diserahi sebagian tanggung jawab pendidikan yang dipikul
orang tua dalam keluarga. Hal ini terjadi karena orang tua sudah kecil
kemungkinan untuk dapat mendidik anaknya untuk menguasai berbagai kemampuan
yang diperlukan dalam kehidupannya.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mengakibatkan orang tua tidak sanggup lagi untuk mendidik anaknya tentang
berbagai pengetahuan dan kemampuan tersebut, untuk kemudian menyerahkan
sebagian tugas dan tanggung jawabnya kepada guru yang menjadi pendidik di
sekolah. Sehubungan hal tersebut lembaga pendidikan sekolah yang bersifat
formal mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak.
A.
Karakteristik
Pendidikan Sekolah
Dalam melaksanakan tugasnya sekolah tergolong pada
lembaga pendidikan formal. Merupakan tempat berlangsungnya proses belajar untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Penyelenggaraan proses pembelajaran di
sekolah dilakukan oleh petugas khusus dengan menggunakan cara-cara tertentu
menurut norma-norma tertentu. Mengacu pada sistem pendidikan nasional sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang tergolong pada jalur pendidikan formal memiliki
karakteristik jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau berbentuk lain yang sederajat sera
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain
yang sederajatnya. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengak umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah. Sebagai
lembaga pendidikan formal, sekolah juga merupakan tempat terjadinya proses
sosialisasi kedua bagi anak setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi
anak dan perkembangan sosialnya, serta
mempunyai tanggung jawab yang penting bagi pendidikan anak-anak dan pemuda
dalam kehidupan.
B.
Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Sekolah
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional,
pembelajaran di sekolah hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada
pendidikan nasional. Dalam kaitan ini sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap , kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yan demokratis serta bertanggung jawab.
Soleh Soegiyanto (1994) mengemukakan fungsi-fungsi sekolah sebagai lembaga
sosial, yaitu:
1.
Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, membantu
anak-anak dalam mempelajari cara-cara hidup di tempat mereka dilahirkan.
2.
Sekolah berfungsi untuk mentransmisi dan
mentransformasikan kebudayaan.
3.
Sekolah berfungsi menyeleksi murid untuk melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi.
Pada
kehidupan modern sekarang ini disamping pendidikan lainnya, kehadiran sekolah
sebagai jalur pendidikan formal, mempunyai peranan penting karena lembaga
sekolah sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan masyarakat yang sangat kompleks
sulit kiranya untuk ditransformasikan atau disampaikan kepada generasi
berikutnya secara efektif dan efisien.
2.2
Pendidikan Dalam Keluarga
Awal kehidupan seseorang
dimulai dalam lingkungan keluarga, nahkan dalam keluarga pula pada umumnya
seseorang mengakhiri kehidupannya. Sejak mulai lahir dari bayi sampai tumbuh
dewasa tidak terlepas dari kehidupannya yang terus menerus berputar sampai
terbentuk sebuah keluarga kembali. Dalam keluarga terjadi yang dinamakan
interaksi antar anggota keluarga. Interaksi tersebut dapat terjadi antara ayah
dengan anak, ibu dengan anak, anak dengan anak, bahkan terjadi pula antar
keluarga satu dengan keluarga lainnya. Dalam interaksi itu terjadi proses
belajar, pembinaan, bimbingan atau proses pendidikan.
Dalam hubungannya dengan
pendidikan, lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan
utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih dominan melalui media
permainan. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama yang memberikan sumbangan
mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga anak lambat laun membentuk
konsepsi tentang pribadinya baik tepat maupun kurang tepat. Melalui interaksi
dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasikan dirinya dengan kehidupan
masyarakat dan alam sekitarnya.
Orang tua sebagai pendidik,
betul-betul merupakan peletak dasar kepribadian anak. Dasar kepribadian
tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap pengaruh-pengaruh atau
pengalaman-pengalaman selanjutnya yang datang kemudian. Anak lahir dalam
pemeliharaan keluarga dan dibesarkan dalam keluarga. Anak akan menyerap
norma-norma yang ada pada anggota keluarga, dari ibu, ayah, maupun dari
saudara-saudara yang lain. Karena itu orang tua didalam keluarga merupakan
kewajiban kodrati untuk memperhatikan dan mendidik anak-anaknya sejak anak
dilahirkan bahkan sudah ditanamkan rasa kasih sayang sejak anak masih dalam
dalam kandungan ibunya. Jadi tugas orang tua dalam mendidik anaknya terlepas
dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang pendidikan yang resmi.
Melalui pendidikan dalam
keluarga, anak bukan saja diharapkan agar menjadi suatu pribadi yang mantap,
yang secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya yang baik. Melainkan ia juga diharapkan kelak
dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Kedua segi pendidikan tersebut,
kepribadian yang mantap dan anggota masyarakat yang baik, bukan dua hal yang
dipertentangkan, melainkan keduanya harus terjalin dalam kehidupan yang serasi.
Karena itulah pendidikan dalam keluarga merupakan salah satu fungsi pokok dalam
keluarga.
A.
Peranan Anggota Keluarga Dalam Pendidikan Anak
Pada umumnya peranan seseorang itu berkaitan dengan harapan-harapan orang
lain atau masyarakat terhadapnya sesuai dengan status dan kedudukannya. Pada
kebanyakan keluarga, ibu yang memegang peranan penting terhadap pendidikan
anak-anaknya. Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi
dengan anak-anak.
Pendidikan yang diberikan seorang ibu terhadapnya merupakan pendidikan
dasar yang tak dapat diabaikan sama sekali. Baik buruknya setiap pendidikan ibu
terhadap anaknya tentu akan mempengaruhi terhadap anaknya tentu akan
mempengaruhi terhadap pembentukan kepribadian mereka. Disamping ibu, ayah pun
mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap pembentukan kepribadian
anak. Dari seorang ayah, anak akan mengenal yang namanya wibawa. Tindakan orang
tua diharapkan saling menyeimbangi dan orang tua tampil sebagai penjelas
nilai-nilai yang dianut oleh keluarga yang bersangkutan. Peranan orang tua
dalam konteks pembinaan anak dalam keluarga meliputi:
1.
Peran sebagai pendidik
2.
Peran sebagai panutan
3.
Peran sebagai pendorong
4.
Peran sebagai pengawas
5.
Peran sebagai teman
6.
Peran sebagai inspirasi
7.
Peran sebagai konselor
2.3
Dasar Toritik Kependidikan Anak
Otoritas orang tua diperkecil
oleh otoritas lembaga kemasyarakatan. Peranan orang tua sebagai pendidik dan
sumber informasi pun telah berkurang, karena pengaruh sumber lain seperti
radio, televisi, dan mass media lainnya. Banyak teori tentang perilaku manusia
dalam merumuskan asumsi dasar sifat
manusia. Tetapi pendekatan paling dominan adalah psikoanalisis, behaviourisme, kognitif dan humanisme. Konsep
psikoanalisis melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh
keinginannya yang terpendam. Konsep behaviourisme memandang bahwa manusia itu
merupakan makhluk yang digerakkan oleh lingkungannya. Konsep kognitif melihat manusia itu sebagai
makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah rangsangan yang
diterimanya. Konsep humanisme
menggambarkan bahwa manusia ini merupakan pelaku aktif untuk merumuskan
strategi transaksional dengan lingkungannya. Ini merupakan teori-tori perilaku
yang dipandang revelan untuk dijadikan pijakan atau menjawab masalah perilaku
mengasuh anak balita.
Teori Stimulus-Respons (S-R)
dari Watson (1913) sebenarnya sudah diketengahkan oleh Pavlop (1902) dan
Thondikke (1908). Pavlop telah menyodorkan Hukum Penguat (Law of Reinforvement)
dan Thondike telah mengukuhkan Hukum Efek (Law of Efect). Krech dan Crutcfield
menyatakan bahwa perilaku setiap orang debentuk oleh konsepsi-konsepsinya
sendiri tentang dunia. Karena itu dunia sosial seseorang harus digambarkan
sebagaimana dipersepsinya. Kemudian ia merumuskan proposisi dinamika perilaku
sebagai berikut:
1.
Unit penting memadai untuk menganalisis motivasi adalah
perilaku yang melibatkan kebutuhan dan tujuan.
2.
Dinamika perilaku merupakan akibat dari ciri lapangan
psikologis pada saat itu.
3.
Ketidak stabilan lapangan psikilogis menimbulkan
“ketegangan” yang cenderung mempengaruhi persepsi, kognisi dan aksi untuk
merubah lapangan tersebut ke arah struktur yang lebih stabil lagi.
4.
Frustasi terhadap pencapaian tujuan dan kegagalan dalam
mengurangi ketegangan dapat menimbulkan berbagai perilaku adaptif atau
maladatif.
5.
Cara yang khusus dalam pencapaian tujuan dan penggunaan
ketegangan dapat dipelajari dan dirasakan oleh seseorang.
2.4
Fungsi Sosialisasi dan Pola Asuh Keluarga
Dalam rangka melaksanakan
fungsi sosialisasi itu, keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak
dalam kehidupan sosial dan norma-norma sosial.
Faktor yang menyebabkan peran keluarga sangat penting
dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut:
a.
Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya
berinteraksi face to face secara tertutup.
b.
Orang tua mempunyai motivasi kuat untuk mendidik anak
karena anak merupakan buah dari kasih sayang hubungan suami istri.
c.
Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat tetap.
Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalam
membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga, anak
mempelajari pola-pola sikap, tingkah laku, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai
di masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
Adapun
tujuan dari sosialisasi dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua mengajarkan
kepada anaknya tentang:
a.
Penguasaan Diri
Masyarakat
menuntun penguasaan diri setiap anggotanya. Proses mengajar anak untuk
menguasai dirinya timbul pada saat orang tua melatih anak untuk memelihara
kebersihan dirinya.
b.
Nilai
Nilai dasar
dalam diri seseorang terbentuk pada saat berusia enam tahun. Bersamaan dengan
latihan penguasaan diri.
c.
Peranan Sosial
Setelah pada
diri anak telah berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya
dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai dengan
gambaran tentang dirinya.
Alat pendidikan yang digunakan dalam keluarga adalah
kasih sayang dan kewibawaan. Kasih sayang orang tua berperan melindungi anak
dalam hal ketidakberdayaannya. Dengan dilandasi oleh kasih sayang, anak akan
merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan anak akan tumbuh dan
berkembang secara baik. Tindakan kewibawaan sebagai perilaku seseorang yang
tercermin pada rasa tanggung jawab, sehingga orang lain merasa hormat
kepadanya.
Pola asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat
berperan dalam pembentukan pribadi anak. Hubungan emosional muncul karena
hubungan cinta dan kasih sayang yang ada dalam keluarga merupakan unsur yang
paling mendasar bagi perkembangan anak. Pola asuh dalam keluarga diantaranya:
a.
Pola Asuh Yang Memanjakan
Dalam hal
ini masih ada orang tua yang mengartikan kasih sayang dengan memanjakan secara
berlebihan, sehingga segala sesuatu yang diberikan kepada si anak diluar batas
kewajaran. Akibat hal ini si anak tidak dapat mengembangkan dirinya karena terlalu
dikhawatirkan oleh orang tuanya.
b.
Pola Asuh Membiarkan
Pola ini
dilakukan oleh orang tua dengan membiarkan anak sendiri tanpa pengarahan. Anak
dapat berbuat apa saja sesuai dengan keinginannya. Akibat hal ini kemungkinan
yang muncul adalah anak akan mementingkan dirinya sendiri, sulit untuk bekerja
sama dan sikap menentang.
c.
Pola Asuh Otoriter
Dalam pola
ini orang tua bertindak bahwa segala sesuatu yang menjadi aturannya harus
dijalani dan dipatuhi oleh anak. Akibat dari pola ini yaitu anak tidak akan pernah mampu mengambil keputusan sendiri, selalu
bertanya kepada orang tuanya atau enggan dan tidak dapat mengambil inisiatif
sendiri.
d.
Pola Asuh Otoriatif
Pola asuh yang wajar dan tepat
untuk membantu perkembangan potensi-potensi anak yang dibawanya sejak lahir.
Dalam penerapan pola ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
melaksanakan
tugasnya sekolah tergolong pada lembaga pendidikan formal merupakan tempat
berlangsungnya proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pendidikan nasional,
pembelajaran di sekolah hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada
pendidikan nasional. Dalam kaitan ini sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, berlangsung secara wajar
dan informal, serta lebih dominan melalui media permainan. Keluarga merupakan
dunia anak yang pertama yang memberikan
sumbangan mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga, anak lambat laun
membentuk konsepsi tentang pribadinya
baik tepat maupun kurang tepat. Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak
hanya mengidentifikasikan dirinya dengan kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalam membentuk kepribadian anak.
Pola asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat
berperan dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam menentukan pola asuh, harus
dilandasi oleh kasih sayang yang merupakan alat pendidikan, sehingga potensi
anak dapat berkembang sewajarnya. Pola asuh yang digunakan dalam keluarga juga
harus memperhatikan perkembangan anak itu sendiri.
3.2
Saran
Kita sebagai calon guru atau
orang tua harus mengetahui betapa pentingnya pendidikan, baik pendidikan formal
maupun nonformal. Pendidikan yang seyogyanya untuk kepentingan kita dan juga
harus bisa dirasakan oleh semua manusia agar dapat mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak kita dan untuk mengembangkan potensi kita agar menjadi yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, sehingga dapat bersaing dengan manusia lainnya.
Daftar Pustaka
Ardiwinata, Jajat, dan Achmad Hufad. 2007. Sosiologi Antropologi Pendidikan.
Bandung: UPI PRESS
Kuswanto dan Bambang Siswanto. 2003. Sosiologi. Solo: Tiga Serangkai
Uyoh, Sadulloh. 2003. Pengantar
Filsafat Pendidikan. Bandung: AlFABETA
Sadulloh Uyoh, dkk. 2007. PEDAGOGIK. Bandung: Cipta Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar